Sa'id bin Zaid bin Amru

Sa�id bin zaid bin �Amru bin Nufail bin Abdulluza bi Al�Adwa adalah anak dari Fatimah binti Ba�jah bin Malik Alkhuzaiyyah. Nama Fatimah tercatat sebagai salah seorang yang pertama kali masuk islam. Sedangkan Said termasuk gelombang pertama yang masuk islam sebelum Rasulullah saw masuk Daarul Arqom. Said telah memeluk islam sebelum Umar bin Khattab. Isteri Said bernama Fatimah binti Khattab, yang merupakan adik dari Umar bin Khattab sendiri.



Zaid bin �Amru bin Nufail yang merupakan ayah dari Said adalah termasuk orang yang meninggalkan penyembahan berhala sebelum Muhammad diutus menjadi Nabi dan Rasul. Zaid bin �Amru mengumumkan keyakinannya itu secara terbuka di hadapan kaum Quraisy. Ia berkata, �Wahai kaum Quraisy, apakah ada diantara kalian yang mrnganut agama Ibrahim?� Zaid klemudian berkata kepada sahabatnya, Amir, �Aku sedang menanti seorang Nabi dari keturunan Ismail yang akan diutus. Aki kira tidak akan sempat melihatnya tapi aku beriman kepadanya dan meyakini kebenerannya. Aku bersaksi bahwa dia adalah nabi. Jika kamupanjang umur dan bertemu dengannya sampaikan salamku padanya.�



Ayah Said wafat ketika kaum Quraisy memperbaharui tatanan Ka�bah sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw. Said berasal dari keluarga yang hanif , pengikut ajaran Ibrahin as. Ayahnya telah meninggalkan tradisi Quraisy , menyembah berhala, minuman keras, dan permainan hiburan yang merusak. Dia menentang sekali penguburan hidup-hidup bayi perempuan. Kepada yang akan menguburkan bayi perempuan anaknya ia berkata, �Jangan kau membunuhnya, aku yang akan memeliharanya.�



Ibarat peribahasa, �air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga�, makan Said dan ayahnya merupakan contoh dari peribahasa tersebut. Tidak heran, bila langkah-langkah yang ditempuh Said sejalan dengan ayahnya yang telah mengenal Tuhannya dan hiwanya sarat dengan keimanan. Said termasuk sahabat ikut hijrah ke Madinah. Hampir setiap pertempuran diikutinya, kecuali perang Badar. Sewaktu perang Badar, bersama Thalhah bin Ubaidillah, ia mendapat tugas sebagai pengintai kafilah dan kekuatan lawan yang sedang dalam perhalanan dari negeri Syam. Tugas ini adalah bagian dari rencana Rasulullah saw sebelum mengetur strategi dalam perang Badar.



Said adalah seorang pemberani, juga dermawan, kuat menahan diri dari penyimpangan hawa nafsu, dan termasuk orang yang dikabulkan doanya. Banyak dari kalangan dhuafa dan miskin berkumpul dirumahnya untuk mencari ketentraman dan keamanan. Said selalu mendampingi Rasulullah saw, pada waktu damai ia selalu berada di belakang Rasulullah saw, berada di depannya ketika sedang berperang. Dia termasuk golongan sahabat yang dikenal dengan sebutan �Prajurit tak dikenal�. Setiap kali dicalonkan untuk mendapatkan tugas di pemerintahan, ia selalu menolak dan menyarankan untuk menunjuk orang lain saja. Karena ia sangat ingin melanjutkan karir kemiliterannya, dan ingin mati syahid di jalan Allah.



Tawaran untuk diangkat sebagai gubernur Damaskus ditolaknya melalui suratnya kepada panglima pasukan Abu Ubaidah ibnul Jarrah. Inilah bunyi suratnya: �Salam kepada anda. Aku bertahmid kepada Allah, tiada Tuhan selain Dia. Amma ba�du. Aku mengutamakan anda dan kawan-kawan anda terhadap jihad yang aku tetapkan bagi diriku dan bagi segala sesuatu yang mendekatkanku kepada keridhoan Rabb-ku. Apabila surat ini sampai ke tangan anda maka tunjuklah tugas yang anda tentukan kepada orang lain yang lebih menyukai jabatan tersebut daripada aku. Insya Allah, dalam waktu dekat ini aku yang akan menemui anda. Salam untuk anda.�



Ketika usianya mencapai tujuh puluh tahun, ia memilih masjid untuk mendekatkan dirinya kepda Allah swt. Di situ ia menunaikan shalar fardhu dengan khusyu�, berkhalwat sambil mengenang masa lalu. Said bin Zaid sangat dihormati dan sangat disayangi penduduk kota Madinah. Ia benci kepada orang yang dzalim. Baik yang suka mendzolimi dirinya sendiri maupun yang suka mendzolimi orang lain.



Pada suatu ketika, seorang wanita bernama Arwa binti Aus menuduh Said mendzaliminya dengan merampas tanahnya. Ia melaporkan Said kepada penguasa kota Madinah yaitu Marwan ibnul Hakim. Said membela dirinya dengan mengatakan, �Apakah aku patut mendzaliminya sedangkan aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, �Barangsiapa mendzolimi orang lain sejengkal tanah, maka Allah akan melihatnya pada hari kiamat dengan tujuh lingkaran bumi.� Lalu Zaid menengadahkan wajahnya ke langit dan berdoa, �Ya Allah, apabila ia berbohong jangan Engku matikan ia kecuali ia sudah buta, dan jadikannya sumurnya sebagai kuburannya. Ternyata Allah Yang Maha Bijaksana mengabulkan doa Said. Wanira yang memang dikenal suka mendzalimi orang tersebut menjadi bita dan ia mati di dalam sumurnya. Wallahua�lam.

Share on :

0 comments:

Post a Comment

 
© Copyright Tokoh Ternama All Rights Reserved.