Tokoh Sejarah Kerajaan Mataram

Adapun bangsa Belanda, pertama datang untuk berdagang namun perlahan-lahan, ditegakkannya kuasa di Jawadwipa dan seluruh Nusantara Tanggal 30 Mei 1619, Saka 1541, Jayakarta jatuh ke tangan Yan Pieterzen Coen dan Juni tanggal 22 tahun 1621, Saka 1543 diberi nama Batavia, pada kota pelabuhan itu Jaman para raja agung telah hampir selesai Kejayaan dan kemuliaan Jawadwipa, perlahan meredup, untuk akhirnya padam selama masa penjajahan Namun, sebelum keagungan, keindahan dan keperkasaan jiwa kebangsaan berangkat tidur masih berdiri sebuah kerajaan tersohor namanya Mataram



Kesultanan Demak yang bangkit penuh pesona di atas reruntuhan Majapahit dan memulai babak baru dengan ajaran baru Kekuasaan inilah yang selama beberapa masa dipertuan di Jawadwipa, berpengaruh di Nusantara. Dari pelabuhannya armada andalan negeri berlayar perangi perompak dan amankan laut. Adipati Unus, putra Raden Patah adalah laksamana Demak yang tangkas dan ternama. Raden Trenggana raja yang cakap memerintah bijaksana beroleh hidayat walaupun tak lama masa jaya. Demak bangkitkan semangat kepahlawanan



Kemudian kalahlah Demak oleh Pajang Kesultanan baru yang muncul sesudahnya Memerintah di pajang Sultan Adiwijaya Dari tahun 1550 hingga 1582 Dialah yang anugerahkan daerah Mataram untuk diperintah Pada Ki Gede Pemanahan panglimanya Adapun Mataram di bagian tengah Jawadwipa meliputi Surakarta, Kalasan, Klaten, Yogyakarta, Kota Gede, Bantul, Imogiri, Sleman, hingga ke pantai selatan Di sana, tempat raja-raja agung di masa Hindu yang telah silam kini bangkit kuasa tak tertandingi yang namanya getarkan kalbu Nusantara



Putra Ki Gede Pemanahan, Sutowijoyo yang bergelar Pangeran Ngabehi Lor Ing Pasar lalu menggantikan ayahnya memerintah negeri Mataram, diteguhkannya kekuasaan, dikalahkan para lawan, dikibarkannya panji Mataram, diangkat senjata melawan Pajang. Semangkatnya Sultan Adiwijaya di tahun 1582 naik takhta Sutowijoyo dengan gelar Panembahan Senopati Ing Ngalaga. Dari Kuto Gede, ibukota negeri Mataram menyerbu para adipati merdeka di sekitar pantai Utara dan Surabaya nama Sang Prabu disegani di seluruh pulau dihormati hingga sejauh Cirebon. Kemudian mangkatlah ia ditahun 1601 dimakamkan di Kuto Gede



Berganti memerintah Mas Jolang, Putra Sang Prabu dengan gelar Sunan Hadi Prabu Anyakrawati selama 12 tahun ia memerintah, lalu wafat di desa Krapyak kabarnya terbunuh oleh pengkhianatan ketika sedang memimpin pasukannya untuk menyerbu dan menundukkan pantai Utara Ia dimakamkan di Kuto Gede, di dekat makam ayahandanya



Putra Panembahan Seda Krapyak, dinobatkan tahun 1613 namanya Sultan Agung Prabu Anyokrokusumo Dialah raja Mataram yang termashur pada masanya Sabda Pandita Ratu sesungguhnya dijunjung, diabaikan dan diamalkan Sang Prabu semulia Airlangga dan Hayam Wuruk Gagah berani bagai Wijaya Kertarajasa cakapnyapun seperti mahapatih Gajah Mada sebagai raja Sultan Agung adil dan jujur cita-citanyapun suci, ingin satukan Nusantara. Tahun 1624 tentara Mataram tundukkan Madura dan pada Sang Prabu, Panembahan Cakraningrat berikan janji setia



Lalu Adipati Pekik di Surabaya menyerah pula setelah bertempur berani dan dikepung berbulan-bulan iapun diampuni oleh kebesaran hati Sang Prabu malah dinikahkan dengan adinda raja agung Kemudian Sang prabu kirimkan pasukannya ke Sukadana di Kalimantan Barat hingga negeri itupun tunduk padanya Ketika Sang Prabu sentuhkan kuasanya ke tanah Banten kuatirlah bangsa Belanda di Batavia dan mereka coba halang niat Mataram



Pada tahun 1628 dan 1629 balatentara Mataram bertempur di Batavia untuk habisi kuasa asing di Jawadwipa Ratusan adipati dan tumenggung berangkat diiring ribuan prajurit, berbaris gegap gempita Para adipati di tanah Pasundan turut berperang dan lumbung-lumbung padi di Krawang disiapkan untuk masa perang yang panjang Lasykar tumenggung Bahusasra, mendarat beramai di Merunda pasukan Adipati Ukur menggempur, pintu benteng Batavia Berbulan bangsa asing terkepung, hampir binasa seisi Batavia Namun armada Belanda datang membantu dari Maluku dan pengkhianat membakar lumbung-lumbung padi hingga terpukullah tentara Mataram dalam pertempuran dan oleh kelaparan



Akhirnya mundurlah barisan Mataram dengan kecewa karena gagal penuhi amanat Sang Prabu Akan tetapi telah ditunjukkan pada penjajah. Keampuhan bangsa dan keberanian para ksatria Nusantara Dalam perang penaklukan terakhir di tahun 1639 tunduklah Blambangan di Timur Jawadwipa Besarlah kuasa Mataram yang meliputi seluruh Jawadwipa, kecuali Banten dan Batavia pengaruhnya pun terasa sejauh Palembang, Jambi dan Banjarmasin



Sultan Agung negarawan yang bijaksana pula karena padat sudah tanah Mataram dipindahkannya sebagian penduduk ke Krawang Ia juga seorang sastrawan dan pujangga agung yang menuliskan kitab Sastra Gending Ditunjukkannya ajaran nabi Muhammad dalam wadah budaya Jawa, nan tua dan indah Penanggalan tarikh Saka, disesuaikan dengan tahun Hijriah Hari Raya Garebekpun dirubah maknanya, menjadi Garebek Puasa dan Garebek Maulud Pantaslah dikenang kejayaan Sultan Agung raja, pujangga dan putra Nusantara sejati. Tahun 1645 Sultan Agung yang mulia wafat di Imogiri, pemakaman para raja, ia dimakamkan



Tahun 1645 naiklah ke atas takhta putra Sultan agung, Sunan Amangkurat I dari Kartasura ia memerintah Jawadwipa dengan keras hati dan sifat yang kejam dimusnahkannya para bangsawan yang membangkang dibinasakannya kaum ulama yang menentang Maka meletus perlawanan di tahun 1674 dipimpin oleh Trunojoyo dan Adipati Anom, putra mahkota dengan dukungan para bangsawan dan kaum ulama prajurit Sang Prabu dikalahkan dan akhirnya kratonpun diserbu Sunan Amangkurat I lari ke arah Barat Kini Adipati Anom menyesal, lalu berbalik menyusul ayahandanya Di Tegal arum, pada tahun 1677, wafatlah Sang prabu Dan di sanalah ia dimakamkan



Atas dukungan tentara Belanda, naiklah Adipati anom ke atas takhta di Surakarta ia memerintah, dengan gelar Sunan Amangkurat II Kini kekuasaan Belanda telah merasuk Jawadwipa Yang telah sirna jayanya dan hilang keagungannya Berdiri pula loji Belanda di Surakarta untuk awasi setiap langkah Sang Prabu Pada masa itulah budak dari Bali Untung Surapati lari ke arah Timur dari Batavia, dengan pengiring-pengiringnya Di Surakarta digemparkannya seisi negeri ketika ia berlaga dengan tentara Belanda lalu didirikannya kerajaan di Pasuruan yang musnah bersamanya dalam dentuman meriam tentara penjajah



Kerajaan Matarampun akhirnya pecah jadi empat karena muslihat dan hasutan Belanda, yang panaskan persengketaan keluarga Setelah perjanjian Giyanti di tahun 1755 di Yogyakarta Hadiningrat, Mataram sebelah Barat memerintah Sultan Hamengkubuwono I sedang di Surakarta, tetap memerintah Susuhunan Pakubuwono. Pada perjanjian Salatiga didirikan di Surakarta daerah merdeka, di bawah Raden Mas Said, yang bergelar Mangkunegoro I Kemudian berdiri pula kala Sir Stamford Raffles berkuasa di Nusantara daerah merdeka di Yogyakarta, di bawah pangeran Notokusumo, yang bergelar Sri Paku Alam I Kini selesailah babak Mataram, sirna ditelan jaman penjajahan.
Share on :

4 comments:

Post a Comment

 
© Copyright Tokoh Ternama All Rights Reserved.