Tokoh Pahlawan Pergerakan Nasional

Kiai Haji Samanhudi



Kiai Haji Samanhudi yang lahir tahun 1868 adalah pendiri Sarekat Dagang Islamiyah, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta. Beliau wafat tahun 1956 dan dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo.





Haji Agus Salim



Haji Agus Salim lahir dengan nama Mashudul Haq (yang bermakna "pembela kebenaran" tahun 1884 adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Agus Salim lahir dari pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau.



Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI) dan menjadi pemimpin kedua di SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto. Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:



. anggota Volksraad (1921-1924)

. anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945

. Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947

. pembukaan hubungan diplomatik Indonesia - Arab - Mesir tahun 1947

. Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947

. Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949



Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari "Orang Tua Besar" (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan di tahun 1950 sampai akhir hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.



Pada tahun 1952, ia menjabat Ketua di Dewan Kehormatan PWI. Biarpun penanya tajam dan kritikannya pedas namun Haji Agus Salim masih mengenal batas-batas dan menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik. Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.





Cipto Mangunkusumo



Cipto Mangunkusumo adalah seorang Dokter Pendiri Indische Partij. Cipto Mangunkusumo adalah seorang dokter profesional yang lebih dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan nasional. Dia merupakan salah seorang pendiri Indische Partij, organisasi partai partai pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka dan turut aktif di Komite Bumiputera.



Awal perjuangan Cipto Mangunkusumo, pria kelahiran Pecangakan, Ambarawa tahun 1886, ini dimulai sejak dia kerap menulis karangan-karangan yang menceritakan tentang berbagai penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Karangan-karangan yang dimuat harian De Express itu oleh pemerintahan Belanda dianggap sebagai usaha untuk menanamkan rasa kebencian pembaca terhadap Belanda.



Tidak bekerja sebagai dokter pemerintah yang diupah oleh pemerintahan Belanda, membuat dr. Cipto semakin intens melakukan perjuangan. Pada tahun 1912, dia bersama Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) mendirikan Indische Partij, sebuah partai politik yang merupakan partai pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka.



Di Banda Neira, dr. Cipto mendekam/terbuang sebagai tahanan selama tiga belas tahun. Dari Banda Naire dia dipindahkan ke Ujungpandang. Dan tidak lama kemudian dipindahkan lagi ke Sukabumi, Jawa Barat. Namun karena penyakit asmanya semakin parah, sementara udara Sukabumi tidak cocok untuk penderita penyakit tersebut, dia dipindahkan lagi ke Jakarta.



Jakarta merupakan kota terakhirnya hingga akhir hidupnya. Dr. Cipto Mangunkusumo meninggal di Jakarta, 8 Maret 1943, dan dimakamkan di Watu Ceper, Ambarawa. Atas jasa dan pengorbanannya sebagai pejuang pembela bangsa, oleh negara namanya dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan SK Presiden RI No.109 Tahun 1964, Tanggal 2 Mei 1964 dan namanya pun diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat di Jakarta.
Share on :

0 comments:

Post a Comment

 
© Copyright Tokoh Ternama All Rights Reserved.