Sarjana yang menguasai ilmu falsafah dan sains antaranya ialah Abu Ali Muhammad Ibn al-Hasan Ibn al-Haitham, Alhazen/alhuzen adalah nama yang dikenal didunia barat. Beliau lahir di Basrah pada tahun 965m, meninggal di Mesir pada 1039M sebagai ahli optik, matematika dan astronomi. Memulakan hidup di Basrah dengan bekerja sambil belajar. Setelah beberapa lama menjadi pegawai pemerintah di sana, beliau memutuskan untuk menumpukan perhatian kepada pengajian dan penulisan.
Kemasyuran namanya membuat raja dinasti fatimah di mesir saat itu Al-Hakim Bin Amirillah (386-411 H/996-1021 M) untuk bisa mengatur banjir sungai Nil, yang kerap mengenangi lahan pertanian di mesir. Pernah tinggal di Mesir dan mengkritik aliran sungai Nil hingga mendapat perhatian serius pemerintah Mesir. Menjelajah jauh ke Aswan untuk menyelidik sungai itu. Tapi karena menurutnya itu tidak mungkin, untuk melindungi dirinya dari amarah peguasa saat itu dia berpura-pura sakit ingatan dan tidak diketahui kehidupannya setelah itu. Faedah diperoleh di Universiti al-Azhar apabila dapat menyalin buku matematik dan falak. Tahun-tahun terakhir hidupnya ia banyak menyalin naskah matematika dan meninggal tenang di Cairo.
Dikenali sebagai seorang yang teliti dan berhati-hati. Menulis tentang berbagai ilmu sains dan sastera. Banyak daripadanya adalah dalam bentuk risalah dan makalah. Berpendapat yang kebenaran hanyalah satu. Antara usaha beliau yang masyhur ialah kajian tentang optik dan penglihatan. Teori Muslim yang kekal digunakan hingga ke hari ini seperti teori Ibn Haitham yang mengemukakan bahwa cahaya terpancar dan melantun menghasilkan sudut yang sama secara normal pada permukaan yang melantun cahaya itu dan jenis cahaya yang berlainan bergerak secara lurus.
Ibnu Haitham menelurkan 200 karya tulis, antara lain tulisannya Maqalah fi Istikhraj Samt al-Qiblah (tentang teorama kota), Maqalah Fi Hayat al-Alam (astronomi), Kitab Fi al-Minasit (kamus optika), Fi al-maraya al-Muhriqah bi al-Dawair (tentang cermin yang dapat membakar), Maqalah Fi daw�al-Qamar (membahas cahaya dan gerak-gerik langit), fi Surah al-kusuf (mengenai penggunaan camera obscura/kamar gelap pada pengamatan gerhana matahari). Zawahir al-hasaq (tentang gejala senja), semua karyanya di terjemahkan kedalam bahasa eropa.
Dalam Bidang optika Ibnu Haitham mengadakan eksperimen untuk menentukan gerak rektiliner cahaya, sifat bayangan, penggunaan lensa, camera obscura, membuat lensa dan cermin lengkung. Temuan ilmiahnya yang terkenal adalah pendapatnya bahwa sinar cahaya bergerak mulai dari obyek dan berjalan menuju kemata. Benda akan terliht karena ia memantulkan sinar kedalam mata, Retina mata adalah tempat penglihatah dan bukan yang mengeluarkan cahaya. pendapat ini adalah kebalikan dair apa yang dikemukakan oleh Euclides dan ptolemaeus, pemikir Yunani yang berpendapat bahwa benda terlihat karena memancarkan cahaya.
Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar dan dari situ tercetuslah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para saintis di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan bernama Tricella mengetahui hal tersebut 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menengarai perihal gaya gravitasi bumi sebelum Issac Newton mengetahuinya.
Teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan Barat untuk menghasilkan tayangan gambar. Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antaranya adalah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk timur. Warna merah pada senja akan hilang apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga berjaya menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya. Didalam bukunya Mizan al-Hikmah, ibn Haytam membahas density atmosphere dan hibungan ataranya dan tingginya, dia juga mepelajari refraksi atmosphere.
Ibnu Al Haitham wafat tahun 1039 sebagai pelopor di bidang optik dengan kamus optiknya (Kitab Al Manazhir) jauh sebelum Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Keppler, dan Newton, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya (jauh sebelum Snellius), penemu alat ukur ketinggian bintang kutub, menerangkan pertambahan ukuran bintang-bintang dekat zenit.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment