Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri ESDM, Wijajono Partowidagdo, meninggal dunia saat mendaki Gunung Tambora, di Nusa Tenggara Barat. Hal ini dikonfirmasikan Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian ESDM, Susyanto, di Jakarta, Sabtu. "Baru saja, kami dapat kabar duka ini. Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya. Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya," katanya.
Menurut dia, Widjajono meninggal saat telah dievakuasi hingga Pos 1 Gunung Tambora. Gunung ini merupakan salah satu gunung berapi aktif purba yang diketahui memiliki "masa tidur" dalam bilangan milenium. "Beliau sudah berhasil dievakuasi dari pos 2 ke pos 1. Tim medis sudah melakukan pertolongan, tapi, tidak tertolong," katanya.
Susyanto menyatakan, kondisi cuaca di medan pendakian yang sedang tidak bagus juga mempengaruhi proses evakuasi. Ia belum mengetahui persis penyebab meninggalnya Widjajono yang dikenal gemar mendaki gunung. "Tapi, beliau dikabarkan sesak dan kemungkinan karena jantung," ujarnya. Kepala Pusat Vulkanologi Kementerian ESDM, Surono, mengatakan, Widjajono lemas saat mendaki Gunung Tambora.
Widjojano Partowidagdo meninggal dunia terkena serangan jantung saat melakukan pendakian di Gunung Tambora, Kabupaten Dompu, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, siang tadi. Ia lahir di Magelang, Jawa Tengah, pada 16 September 1951.
Suami Ninasapti Triaswati ini mulanya dilaporkan mengalami kondisi kritis saat melakukan pendakian di gunung tersebut. Ia mendaki sejak Jumat pagi, 20 April 2012, dan mengalami kondisi kritis pagi tadi.
Gunung Tambora berada di ketinggian 4.300 meter di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan stratovolkano atau gunung berapi komposit yang aktif dan pernah meletus hebat pada 1815 yang abu vulkaniknya mencapai Pulau Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku.
Wijajono Partowidagdo adalah Guru Besar Fakultas Teknik ITB, Widjajono Partowidagdo, kemudian menjadi wakil menteri ESDM. Bersama sejumlah menteri, dia sempat menyaksikan langsung sidang pleno Parlemen dalam penentuan sikap wakil rakyat soal wacana penaikan harga BBM bersubsidi, di Gedung Parlemen, Jakarta, beberapa waktu lalu. Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo mengatakan, dana hasil penghematan subsidi bahan bakar minyak akan digunakan membangun infrastruktur gas dan memperbaiki transportasi umum.
Menurut dia, pembangunan infrastruktur gas dan transportasi umum tersebut selanjutnya akan menghemat lagi pemakaian BBM, sehingga pengurangan subsidi makin bertambah. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Prof Dr Widjajono Partowidagdo pun pernah mengusulkan pendirian stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di setiap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk mengantisipasi berkurangnya BBM bersubsidi.
Dalam forum bertajuk "Kebijakan Energi Nasional, Penghematan dan Subsidi BBM" yang juga dihadiri sejumlah dirjen ESDM, direktur BUMN (Pertamina dan PGN), dan anggota dewan energi nasional (DEN) itu, Wamen menawarkan alternatif untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM. Tawaran yang disampaikan ada tiga hal yakni beralih ke bahan bakar gas (BBG) dengan SPBG, beralih ke premix atau BBM dengan angka oktan 90 (RON 90) yang merupakan campuran pertamax (okta 92) dengan premium (oktan 88), dan "water to gas" yang merupakan energi alternatif yang diteliti ITS sejak 2007. - Antara - http://www.antaranews.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment