TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA ----Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengukuhkan tiga orang ilmuwan sebagai Profesor Riset. Mereka berasal dari tiga bidang keilmuan yakni bidang bioteknologi, teknik bahan dan teknik interdisiplin (metrologi fisis).
Seperti yang dikutip dari siaran pers yang diterima Tribun, Selasa (17/4/2012), ketiga ilmuwan tersebut adalah Dr. Baharuddin Tappa, Dr. Sulaeman Yusuf dan Dr. Husein Avicenna Akil.
Dr. Baharuddin Tappa rencananya memaparkan orasi ilmiah dalam bidang bioteknologi dengan judul "Peran Bioteknologi Reproduksi (Inseminasi Buatan, Transfer Embrio, Sexing Sperma) dalam Peningkatan Mutu Genetik dan Populasi Ternak Sapi di Indonesia".
Menurutnya, kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pangan asal ternak dari produksi dalam negeri merupakan titik awal menuju kemandirian pangan bangsa.
"Sejalan dengan program swasembada daging sapi dan kerbau, maka kata kunci peningkatan mutu genetik dan populasi ternak sapi adalah interfensi Iptek dalam pengelolaan sumberdaya ternak," jelasnya.
Ia mengatakan, populasi dan mutu genetik sumber daya ternak yang dimiliki Indonesia akan semakin menurun tanpa peran Iptek, khususnya bioteknologi reproduksi.
Oleh karena itu, peran lembaga penelitian, perguruan tinggi, tenaga teknis perbibitan serta kelompok peternak pembibit menjadi sangat penting untuk mewujudkan pemenuhan swasembada daging sapi dan kerbau.
Dr. Sulaeman Yusuf akan menyampaikan orasi ilmiah dalam bidang teknik bahan berjudul "Pengembangan Teknologi Pengendalian Rayap Ramah Lingkungan"
Dia menuturkan, ekstraktif bahan alam dan agen hayati merupakan bahan untuk menanggulangi serangan rayap.
"Namun, sifat kimia dan toksisitas yang masih kurang stabil masih memerlukan penelitian lebih mendalam," ujarnya.
Dr. Husein Avicenna Akil rencananya memberikan orasi ilmiah dalam bidang teknik interdisiplin (metrologi fisis) dengan judul "Penerapan Ilmu Pengukuran Akustik dalam Pemeliharaan Lingkungan untuk Penguatan Kapabilitas Metrologi Nasional,"
Ia menjelaskan, ada beberapa keuntungan dari cara pengukuran model skala akustik jika dibandingkan dengan pengukuran dalam situasi gedung yang sebenarnya. Diantaranya adalah mudah mengontrol berbagai parameter akustik yang sedang diteliti, mudah atau sangat praktis dalam mempersiapkan pengukuran karena dilakukan di dalam suatu laboratorium.
"Sedangkan, kendala utama pada pengukuran dengan cara model skala akustik adalah terlalu besar pengaruh penyerapan energi suara oleh udara," ungkapnya.
Ketiga ilmuan itu, akan dikukuhkan dalam acara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Profesor Riset LIPI besok, Rabu (18/04), di Widya Graha LIPI Lt. 1, Jl. Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment