Salim maula Abu Hudzaifah

Pada suatu hari Rasulullah SAW berpesan kepada para shahabatnya, katanya: "Ambillah olehmu al-Quran itu dari empat orang, yaitu: Abdullah bin Mas'ud, Salim maula Abu Hudzaifah, Ubai bin Ka'ab dan Mu'adz bin Jabal.!" Ia adalah Salim radhiyallahu 'anhu, maula Abu Hudzaifah radhiyallahu 'anhu. Shahabat Rasul yang mulia ini disebut "Salim radhiyallahu 'anhu maula Abu Hudzaifah radhiyallahu 'anhu", ialah karena dulunya ia seorang budak belian dan kemudian dibebaskan! Salim radhiyallahu 'anhu-pun menjadi saudara, teman sejawat serta maula (hamba yang telah dimerdekakan) bagi orang yang memungutnya sebagai anak, yaitu shahabat yang mulia bernama Abu Hudzaifah bin 'Utbah radhiyallahu 'anhu. Dan berkat karunia dan ni'mat dari Allah Ta'ala, Salim radhiyallahu 'anhu mencapai kedudukan tinggi dan terhormat di kalangan Muslimin, yang dipersiapkan baginya oleh keutamaan jiwanya, serta perangai dan ketaqwaannya. Dan ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tanpa menunggu lama, dan mengambil tempatnya di antara orang-orang Islam angkatan pertama. Dan kedua orang itu pun beribadah kepada Allah dengan hati yang tunduk dan terpusat, serta menahan penganiayaan Quraisy dan tipu muslihat mereka dengan hati yang shabar tiada terkira..



Salim radhiyallahu 'anhu telah beriman sebenar-benar iman, dan menempuh jalan menuju Ilahi bersama-sama orang-orang yang taqwa dan budiman. Baik bangsa maupun kedudukannya dalam masyarakat tidak menjadi persoalan lagi. Karena berkat ketaqwaan dan keikhlasannya, ia telah meningkat ke taraf yang tinggi dalam kehidupan masyarakat baru yang sengaja hendak dibangkitkan dan ditegakkan oleh Agama Islam berdasarkan prinsip baru yang adil dan luhur. Prinsip itu tersimpul dalam ayat mulia berikut ini: "Sesungguhnya orang yang termulia di antara kalian di sisi Allah ialah yang paling taqwa.!" (Q.S. 49 al-Hujurat: 13) Dan menurut Hadits: "Tiada kelebihan bagi seorang bangsa Arab atas selain bangsa Arab kecuali taqwa, dan tidak ada kelebihan bagi seorang keturunan kulit putih atas seorang keturunan kulit hitam kecuali taqwa". Pada masyarakat baru yang maju ini, Abu Hudzaifah radhiyallahu 'anhu merasa dirinya terhormat, bila menjadi wali dari seseorang yang dulunya menjadi budak beliannya. Bahkan dianggapnya suatu kemuliaan bagi keluarganya, mengawinkan Salim radhiyallahu 'anhu dengan kemenakannya Fatimah binti Walid bin 'Utbah !



Dan pada masyarakat baru yang maju ini, yang telah menghancurkan kefeodalan dan kehidupan berkasta-kasta, serta menghapus rasialisme dan diskriminasi, maka dengan kebenaran dan kejujurannya, keimanan dan amal baktinya, Salim radhiyallahu 'anhu menempatkan dirinya selalu dalam barisan pertama. Benar, ialah yang menjadi imam bagi orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah setiap shalat mereka di mesjid Quba'. Dan ia menjadi andalan tempat bertanya tentang Kitabullah (al-Qur'an), hingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh Kaum Muslimin belajar daripadanya. Ia banyak berbuat kebaikan dan memiliki keunggulan yang menyebabkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya: "Segala puji bagi Allah yang menjadikan dalam golonganku, seseorang seperti kamu !" Bahkan kawan-kawannya sesama orang beriman menyebutnya: "Salim radhiyallahu 'anhu salah seorang dari Kaum Shalihin" Riwayat hidup Salim seperti riwayat hidup Bilal. Diangkat oleh Islam dengan mendapat kesempurnaan petunjuk, sehingga ia menjadi penuntun ummat ke jalan yang benar, menjadi tokoh penentang kedhaliman, ia juga adalah kesatria di medan laga.



Setelah kota Mekah dibebaskan oleh Kaum Muslimin, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengirimkan beberapa rombongan ke kampung-kampung dan suku-suku Arab sekeliling Mekah, dan menyampaikan kepada penduduknya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sengaja mengirim mereka itu untuk berda'wah bukan untuk berperang. Dan sebagai pemimpin dari salah satu pasukan ialah Khalid bin Walid . Ketika Khalid sampai di tempat yang dituju, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkannya terpaksa mengunakan senjata dan menumpahkan darah. Sewaktu peristiwa ini sampai kepada Nabi SAW, beliau memohon ampun kepada Tuhannya amat lama sekali sambil katanya: "Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari apa yang dilakukan oleh Khalid !" Juga peristiwa tersebut tak dapat dilupakan oleh Umar radhiyallahu 'anhu, ia pun mengambil perhatian khusus terhadap pribadi Khalid katanya: "Sesungguhnya pedang Khalid terlalu tajam !"



Dalam ekspedisi yang dipimpin oleh Khalid ini ikut Salim maula Abu Hudzaifah serta shahabat-shahabat lainnya Dan demi melihat perbuatan Khalid tadi, Salim menegurnya dengan sengit dan menjelaskan kesalahan yang telah dilakukannya. Sementara Khalid, pahlawan besar di masa jahiliyah dan di zaman Islam itu, mula-mula diam dan mendengarkan apa yang dikemukakan temannya itu kemudian membela dirinya, akhirnya meningkat menjadi perdebatan yang sengit. Tetapi Salim tetap berpegang pada pendiriannya dan mengemukakannya tanpa takut-takut atau bermanis mulut. Ketika itu ia memandang Khalid bukan sebagai salah seorang bangsawan Mekah, dan ia pun tidak merendah diri karena dahulu ia seorang budak belian, tidak! Karena Islam telah menyamakan mereka! Begitu pula ia tidaklah memandangnya sebagai seorang panglima yang kesalahannya harus dibiarkan begitu saja, tetapi ia memandang Khalid sebagai serikat dan sekutunya dalam kewajiban dan tanggung jawab !



Salim hidup mendampingi Rasulullah SAW dan orang-orang beriman. Tidak pernah ketinggalan dalam suatu peperangan mempertahankan Agama, dan tak kehilangan gairah dalam suatu ibadah. Sementara persaudaraannya dengan Abu Hudzaifah makin hari makin bertambah erat dan kukuh jua! Saat itu berpulanglah Rasulullah SAW ke rahmatullah. Dan khilafat Abu Bakar radhiyallahu 'anhu menghadapi persekongkolan jahat dari orang-orang murtad. Dan tibalah saatnya pertempuran Yamamah ! Suatu peperangan sengit, yang merupakan ujian terberat bagi Islam ! Maka berangkatlah Kaum Muslimin untuk berjuang. Tidak ketinggalan Salim bersama Abu Hudzaifah saudara seagama. Mereka dikumpulkan sekali lagi oleh Khalid bin Walid yang kembali menyusun barisan dengan cara dan strategi yang mengagumkan. Kedua saudara, Abu Hudzaifah dan Salim berpelukan dan sama berjanji siap mati syahid demi Agama yang haq, yang akan mengantarkan mereka kepada keberuntungan dunia dan akhirat. Lalu kedua saudara itu pun menerjunkan diri ke dalam kancah yang sedang bergejolak !



Abu Hudzaifah berseru: "Hai pengikut-pengikut al-Quran! Hiasilah al-Quran dengan amal-amal kalian!" Dan pedangnya berkelibatan dan menghunjamkan tusukan kepada anak buah Musailamah, sementara Salim berseru pula, katanya: - "Amat buruk nasibku sebagai pemikul tanggung jawab al-Quran, apabila benteng Kaum Muslimin bobol karena kelalaianku!" "Tidak mungkin demikian, wahai Salim ! Bahkan engkau adalah sebaik-baik pemikul al-Quran!" ujar Abu Hudzaifah. Tiba-tiba salah sebuah pedang orang-orang murtad itu menebas tangannya hingga putus, tangan yang dipergunakannya untuk memanggul panji Muhajirin, setelah gugur pemanggulnya yang pertama, ialah Zaid bin Khatthab. Tatkala tangan kanannya itu buntung dan panji itu jatuh segeralah dipungutnya dengan tangan kirinya sambil mengumandangkan ayat al-Quran berikut ini: Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. 3:146)



Sekelompok orang murtad mengepungnya, hingga pahlawan itu pun rubuhlah. Tetapi ruhnya belum juga keluar dari tubuhnya yang suci, sampai pertempuran itu berakhir dengan terbunuhnya Musailamah si Pembohong dan menangnya tentara Muslimin. Ketika Kaum Muslimin mencari korban dan syuhada, mereka temukan Salim dalam sekarat maut. Sempat ia bertanya: "Bagaimana nasib Abu Hudzaifah?" "Ia telah menemui syahidnya", ujar mereka. "Baringkan daku di sampingnya", katanya pula. "lni dia di sampingmu, wahai Salim! Ia telah menemui syahidnya di tempat ini!" Mendengar jawaban itu tampaklah senyumnya yang terakhir. Dan setelah itu ia tidak berbicara lagi. Ia telah menemukan bersama saudaranya apa yang mereka dambakan selama ini Mereka masuk Islam bersama. Hidup bersama. Dan kemudian mati syahid bersama pula! Persamaan nasib yang amat indah! Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu pernah berkata: "Seandainya Salim masih hidup, pastilah ia menjadi penggantiku nanti !" Mengharukan, dan suatu takdir.

Share on :

0 comments:

Post a Comment

 
© Copyright Tokoh Ternama All Rights Reserved.