Chrisye king of pop indonesian

Chrisye king

JIka Bicara tentang sosok legendaris musik Indonesia, pasti nama Chrisye, Akan terbayang di benak kita. Pria yang terlahir dengan nama Chrismansyah Rahadi, dari kecil sangat mengagumi dan menyukai musik. Ketika masih SD, musik-musik Frank Sinatra, Bing Crosby, Nat King Cole, Dean Martin yang diputar ayahnya dari sebuah piringan hitam semakin menebalkan kecintaan Chrisye kecil pada musik.

Saat remaja, pria yang menghabiskan masa kecilnya di kawasan Menteng ini bertetangga dengan Keenan Nasution bersaudara yang saat itu membentuk sebuah band Sabda Nada. Perkenalannya dengan Nasution bersaudara membuka peluang Chrisye menapaki dunia musik.

Ayahnya sempat menetang, Laurens Rahadi, yang tak setuju jika Chrisye menjadikan musik sebagai profesi utamanya, pada akhirnya Chrisye mendapat lampu hijau untuk menekuni musik dan drop-out dari Akademi Perhotelan Trisakti dan Teknik Arsitektur UKI.

Dengan Sabda Nada yang berganti nama menjadi Gibsy Band, Chrisye terbang ke New York pada 1973 dan kembali ke tanah air di tahun yang sama. Saat di New York, Chrisye sempat bergabung dengan Abadi Soesman, Dimas Wahab, Rony Makasutji, dan Broery Marantika yang tergabung dalam band The Pro's.

Saat kembali ke tanah air di tahun berikutnya, Guruh Soekarno Putra mengajak Gypsi membuat sebuah album rekaman dan menghasilkan album rock bertajuk GURUH GIPSY, album yang menggabungkan gamelan Bali dan instrumen konvensional. Dari sinilah karir Chrisye sebagai penyanyi solo mulai dikenal. Atas dorongan Guruh, Chrisye menyanyikan lagu 'Lilin-lilin Kecil' karya James F Sundah di Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR), yang diselenggarakan Radio Prambors pada akhir 1976. Lagu bernuansa lembut tersebut sukses melambungkan nama Chrisye.

Sehababis 'Lilin-Lilin Kecil', Chrisye mulai aktif menelorkan banyak album seperti Badai Pasti Berlalu, Sabda Alam, Aku Cinta Dia, Hip Hip Hura, Kisah Cintaku, Pergilah Kasih, Cintamu Telah Berlalu dan Sendiri Lagi, dan semuanya sukses diterima pasar.

Sangat tenar dan sukses tak membuat Chrisye puas, pria kelahiran Jakarta, 16 September 1949, ini merasa ada yang kurang dalam hidupnya, dan akhirnya pria kalem ini jatuh hati pada GF Damayanti Noor yang kala itu merupakan seketaris Guruh.

Lagu Kontroversi Chrisye:
Chrisye sempat kecolongan. Karena beberapa lagu yang dinyanyikannya dianggap sebagai plagiaris seperti Hip Hip Hura (Adjie Sutama) yang mirip Footloose-nya Kenny Loggins, Selamat Tinggal Sayang (Dadang S. Manaf) yang mirip lagu The Carpenters, Jumpa Pertama (Andi Mapajalos) yang mirip Morning Train-nya Sheena Easton. Selain itu, Kala Cinta Menggoda (Guruh Soekarnoputra) yang mirip Man on Fire milik Andy Gibb.

Album Badai Pasti Berlalu yang dianggap tonggak musik pop Indonesia itu pun memiliki aib: lagu Pelangi ternyata disontek dari After The Ordeal-nya Genesis hingga Khayalku yang beberapa verse dicuplik dari Repent Walpurgis-nya Procol Harum.

lagu "Jika Surga dan Neraka Tak Ada" mengambil melodi dari sebuah lagu R&B Tears Are Cryin-nya Stephen Simmons hanya saja melodi yang digunakan dalam lagu karya Ahmad Dhani sudah mendapat ijin dari sang penulis lagu


Ketika menjalani hubungan dengan Noor, Chrisye hanya menemukan satu halangan, yaitu agama. Meski sejak lama Chrisye mengaku mengalami krisis keimanan, dan pada akhirnya memilih Islam sebagai penerangnya, Chrisye tak punya keberanian untuk jujur pada ayahnya. Dan sekali lagi ayah Chrisye dengan bijak menyikapi pilihan hidup putranya, seperti halnya saat dulu Chrisye memutuskan untuk menekuni dunia musik.

Pada 1982 Chrisye menjadi mualaf, menikah dengan Noor dan dikaruniai empat anak: Rizkia Nurannisa (1983), Risti Nurraisa (1986), dan putra kembar: Rainda Prashatya & Randa Pramasya (1989).

Bulan Agustus 2005 cobaan menghampiri Chrisye. Vonis kanker paru-paru yang dideritanya mengharuskannya menjalani kemoterapi selama enam kali di Singapura. Meski harus berjuang melawan penyakitnya, dan absen selama hampir setahuh, pada Mei 2006, Chrisye kembali memulai debut panggungnya dengan tampil di acara 1 Jam Bersama Ungu, Indosiar. Di tengah-tengah proses penyembuhan, seorang teman lama Chrisye, Alex Kumara, menggagas menerbitkan memoar sebagai salah satu cara untuk meringankan beban Chrisye.

Saat berduka : Chrisye menghembuskan nafas terakhir pada Jumat, 30 Maret 2007, pukul 04.08 WIB di kediamannya Jalan Asem II nomor 80 Cipete Jakarta Selatan.

Prestasi dan Kenangan Chrisye:
Chrisye menyabet penghargaan bergengsi dari dalam dan luar negeri seperti BASF Awards, Golden Record, HDX Awards, MTV Video Music Award Asia Viewer's Choice Award 1998 yang berlangsung di Los Angeles, Amerika Serikat.

Sabtu, 17 Februari 2007, memoar bertajuk 'Chrisye, Sebuah Memoar Musikal' yang disusun Alberthiene Endah diluncurkan. Buku setebal 373 halaman ini mengupas 30 tahun perjalanan musik, pengalaman hidup dan sederet prestasi Chrisye.

Share on :

0 comments:

Post a Comment

 
© Copyright Tokoh Ternama All Rights Reserved.