Charles Goodyear (lahir di New Haven, 29 Desember 1800 – meninggal di New York, 1 Juli 1860 pada umur 59 tahun) adalah seorang berkebangsaan Amerika Serikat yang menemukan cara vulkanisasi karet pada tahun 1839. Ia kemudian mematenkan penemuannya itu pada tahun 1844. Pada Agustus 1824, Goodyear menikahi Clarissa Beecher dan mereka dikaruniai 7 orang anak, salah satunya adalah William Henry Goodyear.
Charles Goodyear adalah seorang warganegara Amerika kelahiran Philadelphia yang telah berhasil mengolah getah karet menjadi benda yang amat penting bagi setiap kendaraan. Pengendara sepeda, pengemudi becak, pemilik mobil atau pilot pesawat terbang sudah selayaknya mengucapkan terimakasih atas jasa-jasanya yang amat besar. Ia mengolah kami dari kepingan-kepingan karet hingga menjadi benda yang amat berguna. Begini cerita Kami getah karet:
Sekitar tahun 1830 perindustrian karet di Amerika menarik perhatian rakyat. Dapatlah dikatakan, di kala itu rakyat Amerika sedang demam karet. Tiap orang terpesona oleh getah yang keluar dari tubuh kami. Tetapi tak terduga-duga sedikitpun, kami dicemoohkan. Apa sebabnya? Ketika itu barang-barang yang dibuat dari karet menjadi amat keras di musim salju dan menjadi lengket kalau musim pabas. Rakyat Amerika marah, seakan-akan mereka ditipu oleh pabrik karet yang bernama Roxbury India Rubber Co. Tiap hari berpuluh-puluh macam barang yang dibuat dari karet dikembalikan ke pabrik itu. Caci maki yang menodai nama pabrik berkumandang setiap hari.
Pada suatu hari sang Direktur memeriksa keadaan pabriknya. Setengah putus asa ia memerintahkan supaya sejumlah besar karet yang telah lengket dan berharga tak kurang dari dua puluh ribu dollar itu dipendam dalam lubang raksasa. Di kala itu rata-rata pabrik-pabrik karet hanya dapat bertahan hidupnya tak lebih dari 5 tahun. Suatu kerugian besar bagi penanam-penanam modal.
Di kala rakyat sudah tak mau lagi mempedulikan barang-barang yang dibuat dari karet, muncullah seorang pedagang besi yang sudah bangkrut, yaitu Charles Goodyear. Hatinya tertarik juga akan keajaiban getah kami. Dan rupanya ia ingin mengadu nasibnya membuat sendiri barang-barang dari karet.
Pertama-tama ia membuat pentil. Sayang sekali usahanya yang pertama ini gagal karena tak laku. Terpaksa ia harus pulang ke kota kelahirannya, Philadelphia. Namun semangat usahanya walaupun hasil usahanya sendiri tak laku, tak kunjung padam. Ia hanya heran mengapa orang-orang tak mau membeli pentilnya, padahal benda itu banyak gunanya.
Nasib si Charles betul-betul sedang sial. Menjadi pedagang besi bangkrut, berdagang karet tak laku dan di tempat kelahirannya pun ia mengalami nasib lebih buruk lagi. Ia ditangkap dan dipenjarakan karena tak mampu lagi melunasi hutang-hutangnya. Setelah beberapa hari mendekam dalam sel penjara ia minta kepada istrinya supaya dikirimkan beberapa bungkal karet mentah. Ia bertekad selama berada di dalam penjara akan mengadakan percobaan-percobaan dengan karet mentah itu. Setelah menerima sebungkal karet yang masih mentah sama sekali, ia mulai mengadakan percobaan. Berjam-jam ia duduk di bangku kecil sambil meremas-remas bungkalan karet. Dalam pikirannya muncul suatu pertanyaan yang membesarkan hatinya. Jika sifat karet ini rekat mengapa tidak bisa diberi campuran serbuk untuk menghisap kerekatan itu? Di saat itu juga ia teringat akan serbuk magnesia yang amat halus seperti bedak. Ia terus mengadakan percobaan sambil menunggu waktu dibebaskan dari penjara.
Setelah keluar dari penjara ia mencoba mempraktekkan hasil penemuannya. Dengan bantuan bekas teman sekolahnya, istrinya dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil ia membuat beberapa pasang sepatu karet. Usahanya mulai kelihatan hasilnya. Tetapi kegembiraannya cepat sekali berganti dengan kesedihan. Sebab, sebelum sepatunya dapat dijual, tiba musim panas. Semua sepatu berubah lagi bentuknya menjadi bungkalan karet yang amat lengket.
Temannya, istri dan anak-anaknya bingung. Tetapi Charles Goodyear tenang saja menghadapi kejadian yang aneh itu. Sekarang ia akan mencampurkan dalam karet yang meleleh itu dua macam zat pengering, yaitu serbuk magnesia dan kapur sirih. Setelah adonan tercampur benar-benar, kemudian dimasak sampai mendidih. Apa hasilnya? Karet itu tak meleleh lagi walau hari amat panas. Beberapa hari kemudian hasil percobaannya itu diberi aneka macam warna yang menarik. Pada suatu hari ia kan mengadakan sati percobaan lagi. Karena kehabisan bahan, terpaksa ia mengambil benda contoh yang lama. Untuk menghilangkan warna perunggu, ia mencoba membubuhi asam sendawa. Di luar dugaannya sama sekali, warna itu tidak hilang, malah menjadi hitam pekat. Tanpa dipikir panjang lagi sebungkal karet hitam itu dibuang ke keranjang sampah. Tiga hari kemudian ia teringat lagi dengan benda hitam yang dibuangnya ke keranjang sampah. Ia berpikir sejenak setelah ia ingat dan sadari bungkalan karet yang dicampur dengan asam sendawa itu sifatnya berubah menjadi lebih halus. Akhirnya benda yang telah dibuang itu dicari lagi. Benar juga apa yang dipikirkannya. Bungkalan karet itu menjadi lebih halus dan kering seperti kain. Mulailah terbuka pikirannya, bahwa karet betul-betul dapat dijadikan aneka macam barang yang amat berguna bagi manusia. Sekarang ia ingin mempraktekkan hasil percobaannya dengan sungguh-sungguh. Ia ingin membuktikan, bahwa karet dapat dimanfaatkan menjadi barang-barang yang berharga.
Baru saja seorang pengusaha di New York berjanji akan memberikan bantuan uang untuk usahanya, pada tahun 1873 Amerika dilanda krisis keuangan. Hancurlah semua usaha dan angan-angannya. Dengan perasaan kecewa, akhirnya pindahlah, keluarga Goodyear ke pabrik karet yang sudah kosong di Staten Island. Di sana ia hidup dari menangkap ikan. Tentu saja penghasilan yang diperolehnya tidak mencukupi untuk makan sekeluarga. Lima tahun lamanya keluarga Goodyear hidup melarat. Karena merasa kasihan, beberapa orang petani di Woburn memberikan bantuan susu dan kentang kepada anak-anaknya, walaupun kentang itu belum tua benar. Tanpa bantuan mereka, tidaklah mustahil anak-anak Goodyear akan lebih menderita lagi.
Setelah melewati masa-masa yang suram, di musim salju pada tahun 1839 terjadi suatu peristiwa yang tidak terduga-duga. Goodyear mulai mengadakan percobaan dengan karet. Dan kali ini sebagai bahan campuran dipergunakannya belerang dan hasilnya mengagumkan sekali. Dalam bulan Februari 1839 ia memperlihatkan kepada pemilik sebuah toko di Woburn rumus karet dan belerangnya. Apa hasilnya? Pemilik toko itu hanya mentertawakan dan mengejek saja. Goodyear yang selalu tenang rupanya tak dapat menahan kesabarannya lagi karena selalu diejek. Sambil menggenggam sebungkal karet dilampiaskanlah amarahnya. Apa yang terjadi kemudian? Karet yang digenggamnya terlepas dan jatuh di atas tungku api yang amat panas.
Ketika ia membungkukkan badannya hendak mengoreknya dari tungku; karet itu tidak mencair, hanya hangus saja seperti kulit. Di sekitar tempat yang hangus itu tampak tepi bingkas berwarna kecoklat-coklatan. Zat ini memang karet juga. Tetapi sudah sedemikian rupa, hingga merupakan zat yang baru sama sekali. Inilah yang kemudian menjadi karet tahan iklim, tidak berubah sifatnya oleh panas maupun dingin.
Nah, sekarang Goodyear tahu panas dan belerang dapat merubah sifat karet. Walau begitu ia belum puas, karena belum tahu berapa lama harus dipanaskan dan berapa derajat tinggi panas itu. Dengan penuh kesabaran ia membakar karet dalam pasir panas, lalu ditaruh dalam uap panas. Kemudian digencet di antara dua batang besi panas pula.
Sementara itu hidup Goodyear sekeluarga betul-betul melarat sekali. Tiba-tiba timbul kekhawatirannya akan mati dengan demikian maka rahasia pembuatan karetnya terbawa dalam kubur. Inilah yang selalu mengganggu jiwanya. Untuk menyambung hidup mereka, terpaksa ia menjual barang-barangnya. Hari ini arlojinya dijual, besok atau lusa perabotan rumahtangganya pindah ke tangan tukang loak. Dan ketika piring makan sudah habis pula dijual, terpaksa ia membuat piring dari karet.
Dengan hati sedih ia pergi ke Boston dengan maksud meminta pertolongan kepada teman-temannya. Kasihan sekali nasibnya. Bukan pertolongan yang diterimanya, melainkan ia dijebloskan ke dalam penjara; sebab ia tak sanggup membayar rekening hotel sebesar 5 dollar. Sementara itu sudah 6 dari 12 orang anaknya meninggal dunia karena kelaparan.
Kalian tentu tahu dan dapat merasakan pula betapa pedih hati Goodyear menghadapi musibah yang amat berat itu. Namun ia tetap berkeras hati hendak mewujudkan apa yang pernah ia lakukan dengan percobaan-percobaannya.
Suatu hari ia menemukan, bahwa karet yang dipanasi oleh uap selama 4 sampai 6 jam dengan suhu 270 derajat Fahrenheit akan memberikan hasil seragam yang memuaskan. Penemuannya yang gilang-gemilang itu membuat orang lain kaya raya, tetapi tidaklah demikian bagi Goodyear. Dalam usaha dagangnya ia tidak semaju seperti dalam lapangan penemuannya. Orang-orang lainlah yang memetik hasil yang lebih besar dari penemuan itu. Memang, waktu diadakan Pameran Perdagangan Dunia di London dan Paris pada tahun 1850 ia mendapat penghargaan Silang Legium Kehormatan dari Kaisar Napoleon III, tetapi ketika ia meninggal dunia (tahun 1860) ia meninggalkan hutang sebesar dua ratus ribu dollar. Tetapi honorarium yang diperolehnya setelah ia meninggal dunia membuat keluarganya hidup bahagia. Salah seorang anaknya, Charles Yr, mewarisi bakat bapaknya yang lebih berharga. Ia berhasil membuat mesin-mesin pembuat sepatu. Dari hasil penemuannya ini ia hidup berbahagia.
Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, perusahaan karet terbesar sedunia diberi nama Goodyear Tire & Rubber Co. Tetapi kalian jangan salah sangka, baik Charles Goodyear maupun keluarganya tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan perusahaan raksasa ini. Apakah kalian mengira Goodyear menyesal? Tidak! Inilah sepatah kata yang ditulisnya, “Hidup janganlah diukur dengan dollar atau sen semata-mata. Saya tidak pernah mengeluh karena saya sendiri yang menanam, sedangkan orang lain yang memetik buahnya. Manusia baru punya alasan menyesal, kalau bibit yang disebarkannya itu tidak ada seorang pun yang memungut hasilnya.”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment