10 MOST LIKED

Seratus Tokoh Berpengaruh 2005

A. Leaders & Revolutionaries



1. George Bush

2. Condoleezza Rice

3. Bill Clinton

4. Barack Obama

5. Bill Frist

6. Donald Rumsfeld

7. Mark Malloch Brown

8. Gordon Brown

9. Ali Husaini Sistani

10. Abu Mousab al-Zarqawi

11. Hu Jintao

12. Kim Jong Il

13. Manmohan Singh

14. Thabo Mbeki

15. Joseph Cardinal Ratzinger

16. Mahmoud Abbas

17. Ayaan Hirsi Ali

18. Ariel Sharon

19. Javier Solana

20. John Howard

21. Chen Shui-bian

22. Hugo Chavez



B. Artists & Entertainers



1. Clint Eastwood

2. Michael Moore

3. Hilary Swank

4. Quentin Tarantino

5. Dan Brown

6. Dave Eggers

7. Marc Cherry

8. John Elderfield

9. Kanye West

10. Jon Stewart

11. Alicia Keys

12. Jamie Foxx

13. Johnny Depp

14. Art Spiegelman

15. The Halo Trinity

16. Ann Coulter

17. Hayao Miyazaki

18. Ziyi Zhang

19. Juanes

20. Miuccia Prada

21. Marc Newson

22. Santiago Calatrava

23. Alice Munro

24. Cornelia Funke



C. Builders & Titans



1. Steve Jobs

2. The Google Guys

3. Lee Scott

4. Meg Whitman

5. Martha Stewart

6. Craig Newmark

7. Jay-Z

8. Amy Domini

9. Reed Hastings

10. Bram Cohen

11. Martin Sorrell

12. John Bond

13. Howard Stringer

14. Katsuaki Watanabe

15. Noël Forgeard

16. Anne Lauvergeon

17. Ren Zhengfei

18. Lee Kun Hee

19. Roman Abramovich

20. The BlackBerry Guys

21. Rupert Murdoch



D. Scientists & Thinkers



1. Jeffrey Sachs

2. Malcolm Gladwell

3. Robert Klein

4. Andrew Weil

5. Burt Rutan

6. Karl Rove

7. Rick Warren

8. Brian Atwater

9. Mitchell Baker

10. Timothy Garton Ash

11. Natan Sharansky

12. Abdolkarim Soroush

13. Peter Singer

14. Richard Pound

15. Lee Kuan Yew

16. Larry Summers



E. Heroes & Icons



1. Bill Gates

2. Oprah Winfrey

3. LeBron James

4. Eliot Spitzer

5. Melissa Etheridge

6. The Dalai Lama

7. Nelson Mandela

8. Viktor Yushchenko

9. Dina Astita

10. Hania Mufti

11. Wangari Maathai

12. Mary Robinson

13. Lubna Olayan

14. Ellen MacArthur

15. John Stott

16. Michael Schumacher

17. Stephen Lewis



*>

2005 - Majalah TIME
Read Post | comments

Seratus Tokoh Berpengaruh 2004

A. Leaders & Revolutionaries



1. George W. Bush

2. Hu Jintao

3. Luiz Inácio Lula da Silva

4. Ali Sistani

5. Toshihiko Fukui

6. Abu al-Zarqawi

7. Kofi Annan

8. Condoleezza Rice

9. Recep Tayyip Erdogan

10. John Abizaid

11. Kim Jong Il

12. Bill Gates

13. Pope John Paul II

14. Atal Behari Vajpayee

15. John Kerry

16. Luisa Diogo

17. Vladmir Putin

18. Wu Yi

19. Osama bin Laden

20. The Clintons



B. Artists & Entertainers



1. Mark Burnett

2. Frank Gehry

3. John Galliano

4. Peter Jackson

5. Nicholas Hytner

6. Simon Cowell

7. OutKast

8. Norah Jones

9. Jerry Bruckheimer

10. J.K. Rowling

11. Ken Kutaragi

12. Bruce Nauman

13. Katie Couric

14. Charlie Kaufman

15. Hideo Nakata

16. Aishwarya Rai

17. Ferran Adrià

18. Nicole Kidman

19. Sean Penn

20. Guy Laliberté



C. Builders & Titans



1. Lee Scott

2. Carly Fiorina

3. Abigail Johnson

4. David Neeleman

5. Rupert Murdoch

6. Lindsay Owen-Jones

7. Howard Schultz

8. Azim Premji

9. Warren Buffett

10. Michael Dell

11. Al-Jazeera

12. Lord John Browne

13. Hiroshi Okuda / Fujio Cho

14. Sergey Brin / Larry Page

15. Bernard Arnault

16. Sepp Blatter

17. Belinda Stronach

18. Meg Whitman

19. Daniel Vasella

20. Steve Jobs



D. Scientists & Thinkers



1. Edward Witten

2. Steven Pinker

3. Eric Lander

4. Korean Cloners

5. Paul Ridker

6. Hernando de Soto

7. Jeff Sachs

8. Linus Torvalds

9. Niall Ferguson

10. Bernard Lewis

11. Tariq Ramadan

12. Jürgen Habermas

13. Samantha Power

14. Sandra Day O'Connor

15. Jill Tarter

16. Julie Gerberding

17. Joschka Fischer

18. Bjorn Lomborg

19. Jong-Wook Lee

20. Louise Arbour



E. Heroes & Icons



1. Nelson Mandela

2. Aung San Suu Kyi

3. Queen Rania of Jordan

4. Shirin Ebadi

5. Bono

6. Bernard Kouchner

7. Bill Belichick

8. David Beckham

9. Lance Armstrong

10. Yao Ming

11. John Bogle

12. Mel Gibson

13. Arthur Agatston

14. Dalai Lama

15. Tiger Woods

16. Paula Radcliffe

17. Oprah Winfrey

18. Arnold Schwarzenegger

19. Evan Wolfson

20. BKS Iyengar



*>

2004 - Majalah TIME
Read Post | comments

Sejarah Revolusi Industri

Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Revolusi Industri yaitu perubahan yang cepat di bidang ekonomi yaitu dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi Industri telah mengubah cara kerja manusia dari penggunaan tangan menjadi menggunakan mesin. Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19.



Pada abad pertengahan, kehidupan di Eropa diwarnai oleh system feodalisme yang mengandalkan sektor pertanian, lazim disebut Latifundia (pertanian tertutup) Hubungan perdagangan antara Eropa dengan dunia Timur (Timur Tengah dan Asia) tertutup setelah perdagangan di Laut Tengah dikuasai oleh para pedagang Islam abad ke 8 sampai abad ke 14. Dengan meletusnya perang salib (1096-1291) hubungan Eropa dengan dunia Timur hidup kembali. Muncul kota-kota dagang antara lain Geonoa, Florence dan Venesia yang semula menjadi pusat pemberangkatan pasukan salib ke Yerusalem. Lahirnya kembali kota-kota dagang diikuti oleh munculnya kegiatan industri rumahan (home industry). Dari kegiatan ini terbentuklah Gilda yaitu perkumpulan dari pengusaha sejenis yang mendapat monopoli dan perlindungan usaha dari pemerintah. Gilda hanya memproduksi jika ada pesanan dan hanya satu jenis barang yang diproduksi misalnya gilda roti, gilda sepatu, gilda senjata dan lain-lain.




Sejak tahun 1350 (abad 14) muncul organisasi perserikatan kota-kota dagang di Eropa utara yang disebut Hansa. Tujuan pembentukan hausa adalah untuk bersama-sama melindungi usaha perdagangan didukung oleh armada laut dan pasukan sendiri. Kemudian pada abad 15 dan 16, ditemukan banyak wilayah baru atau tanah jajahan di Afrika, Asia, dan Amerika oleh pelaut-pelaut Eropa sehingga berkembanglah perdagangan lewat laut yang kemudian mengakibatkan terbentuknya kaum borjuis yang kaya dan sangat berpengaruh di Inggris, Nederland, Prancis, beberapa daerah di Jerman dan Italia. Kemunculan golongan menegah ini yang menguasai sektor ekonomi dan melahirkan kapitalisme, akhirnya melahirkan ketegangan dengan tuan tanah yang telah mendominasi sebelumnya.



Revolusi ini ditandai dengan penyebaran Pencerahan, keberhasilan para filsuf dan karya-karya mereka. Mereka berupaya memperluas kemampuannya dalam menguasai alam dan memperbanyak pengetahuannya. Yang terpenting, dalam kaitannya dengan ekonomi, mereka bertekad mengurangi dan mengganti kerja kasar atau tenaga manusia dengan mesin. Kecenderungan ini terjadi menjelang tahun 1750, di Prancis, Jerman, Nederland dan terutama di Inggris. Dengan adanya bahan mentah yang melimpah dari tanah jajahan ditambah kecenderungan untuk efisiensi kerja untuk menghasilkan yang sebesar-besarnya, maka perdagangan yang ada saat telah menghapus ekonomi semi-statis abad-abad pertengahan menjadi kapitalisme yang dinamis yang dikuasai oleh pedagang, bankir, dan pemilik kapal. Inilah awal perubahan yang cepat dan keras dalam dunia ekonomi yang kemudian memunculkan Revolusi Industri, yang bukan hanya bergerak dalam perdagangan, tetapi juga pada dunia produksi.



1. Faktor Ekstern :

a. Revolusi ilmu pengetahuan abad 16 : Francis Bacon, Rene Descartes, Galileo Galilei, Copernicus, Isaac Newton dll.

b. Ditunjang adanya lembaga-lembaga riset yaitu : The Royal Society for Improving Natural Knowledge dan The Royal Society of England (1662)



2. Faktor Intern :

a. Keamanan dan politik dalam negeri yang mantap

b. Berkembangnya kegiatan wiraswasta dari masyarakat kaya dan pemilik modal

c. Munculnya minat masyarakat pada industri manufaktur

d. Inggris, memiliki jajahan yang luas

e. Kaya akan sumber alam antara lain batubara (cokes) dan biji besi yang tinggi mutunya.

f. Munculnya paham ekonomi liberal

g. Munculnya revolusi agraria dalam penataan tanah dan metode baru dalam pertanian.

h. Pada abad 17 berkembanglah dunia pelayaran dan perdagangan.

Di Inggris banyak berdiri kongsi dagang : EIC, Virginia Co, Plymouth Co dan Massachussets Bay Co.




Tidak diketahui kapan tepatnya revolusi industri dimulai. Ada yang berpendapat bahwa revolusi industri dimulai sejak Abad Pencerahan, bahkan ada juga yang berpendapat sejak masa Yunani. Akan tetapi secara umum dikatakan bahwa revolusi industri berawal dari negara Inggris sekitar tahun 1760. Inggris mendahului negara lainnya dalam hal pembangunan pabrik yang menggunakan mesin berat. Revolusi industri, pertama kali, ditandai dengan penggunaan mesin untuk pabrik pemintalan kapas. Dari tahun 1760 sampai 1870 banyak disaksikan penggunaan mesin-mesin ini. Salah satu yang dikembangkan adalah mesin pemintal benang yang diberi nama �Jenny� yang diciptakan James Hargreaves, pada tahun 1767, yang diambil dari nama istrinya. Hanya saja, mesin ini ternyata tidak kuat, sampai di temukannya kerangka air oleh Ricard Arkwight dua tahun kemudian.



Pada tahun 1779, Samuel Croupton menggabungkan alat pemintal �Jenny� dengan karangka air menjadi sebuah mesin yang diberi nama �Mule�. Salanjutnya, ditemukan juga mesin tenun oleh Cartwright pada tahun 1785 yang disempurnakan beberapa tahun kemudian. Penemuan-penemuan ini, pada gilirannya mendorong munculnya sistem pabrik. Sebab, mesin pemintal benang, kerangka air, penggulung benang dan lainnya adalah mesin besar dan berat yang tidak bisa dipasang di kedai yang dioperasionalkan oleh seorang pekerja. Artinya disini perlu dana dan lahan yang besar. Untuk itulah maka pertama kalinya tahun 1771 Ricard A penemu mesin kerangka air mendirikan sebuah pabrik.




Pada perkembangan selanjutnya dengan ditemukan mesin uap yang bisa dipergunakan sebagai penggerak mesin berat, sistem pabrik menjadi semakin berkembang. Pada gilirannya, sistem kerja mesinmesin dalam pabrik ini kemudian melahirkan temuan-temuan mesin baru yang mendorong lahirnya industri-industri besar berikutnya. Pada tarap berikutnya, munculnya industri-industri besar hasil penemuan mesin-mesin �sederhana� sebelumnya, melahirkan penemuan dalam bidang tranportasi, kereta api, kendaraan bermesin (otomobil), navigasi uap (kapal uap), telegram dan alat-alat pertanian.




Kenyataan ini, pada gilirannya juga melahirkan industri baru untuk mendukung penemuan-penemuan tersebut. Penemuan �penemuan lainya :

a. John Kay menemukan kumparan terbang.

b. Edmund Cartwright menemukan alat tenun dengan tenaga uap tahun 1785.

c. James Watt menemukan mesin uap yang dipatenkan pada tahun 1796.

d. George Stephenson menemukan Kereta Api yang dinamakannya �Rocket� pada tahun 1829.

Atas hasil temuannya James Watt sering digelari Bapak Revolusi Industri walaupun sebenarnya penemuannya merupakan penyempurnaan mesin uap hasil penemuan Thomas New Comen tahun 1712.



Penemuan berikutnya tidak hanya dibidang mesin produksi tekstil saja tetapi juga alat transportasi darat, laut dan udara, elektronika yaitu pesawat telepon, telegraph dan radio serta bidang kimia. Penemuan tidak hanya di Inggris melainkan juga merambah ke negara lain seperti Perancis, Italia, Belanda, Amerika Serikat , dst. Pada tahun 1851 ratu Victoria membuka pameran mesin-mesin. Selain itu pada tampak bertebaran pusat-pusat industri dan pertambangan di seluruh Inggris.



Setelah berjalan satu abad, sekitar tahun 1860, Revolusi Industri memasuki fase baru yang berbeda dari apa yang sudah lalu, yang dikenal sebagai Revolusi Industri tahap kedua. Kejadian-kejadian yang terjadi pada periode itu terutama ada tiga hal : perkembangan proses Bessemer dalam membikin baja pada tahun 1856; penyempurnaan dinamo kira-kira pada tahun 1873; dan penciptaan mesin pembakaran di dalam pada tahun 1876. Perbedaan antara Revolusi Industri tahap kedua ini dibanding tahap pertama adalah, (1) adanya penggantian baja ditempat besi sebagai bahan industri pokok; (2) penggantian batu arang dengan gas dan minyak sebagai sumber pokok tenaga dan penggunaan listrik sebagai bentuk pokok tenaga industri; (3) perkembangan mesin otomatis dan peningkatan yang tinggi spesialisasi buruh; (4) penggunaan campuran dan metal yang ringan dan hasil industri kimia; (5) perubahan radikal dalam transportasi dan komunikasi; (6) pertumbuhan bentuk-bentuk baru organisasi kapitalis; dan (7) tersiarnya industrialisasi di Eropa Tengah dan Timur dan bahkan di Timur Jauh.



Dampak negatif revolusi industri khususnya di Inggris adalah upah buruh yang murah menyebabkan timbulnya keresahan yang berakibat pada munculnya kriminalitas dan kejahatan. Upaya untuk memperbaiki nasib buruh dan masalah sosial di Inggris melahirkan aliran sosialisme dan revolusi sosial yang ditandai dengan keluarnya undang-undang berikut ini :

1. Catholic Emancipation Bill (1829) menetapkan hak yang sama bagi umat protestan dan katolik.

2. Abolition Bill (1833) berisi penghapusan system perbudakan di daerah jajahan Inggris.

3. Factory Act (1833) yang menetapkan undang-undang pekerja kaum wanita dan anak-anak.

4. Poor Law (1834) berisi pendirian rumah-rumah bagi pengemis, penganggur dan usia lanjut.



Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri

http://www.fordham.edu/halsall/mod/modsbook14.html
Read Post | comments (1)

Abu Lubabah bin Abdil Mundzir

Abu Lubabah termasuk salah seorang muslim pilihan yang telah membela dan menegakkan agama Islam. Dia adalah salah seorang pahlawan muslimin dalam peperangan yang telah mempersembahkan diri dan nyawanya di jalan Allah untuk menegakkan kebenaran dan meninggikan agama-Nya. Dia dilahirkan di Yatsrib yang subur dan banyak terdapat mata air, yang banyak ditumbuhi pepohonan dan tetumbuhan yang dapat dinikmati oleh manusia dan hewan. Kiranya tiap daerah memiliki pengaruh kuat terhadap sepak terjang seseorang dan arah pemikirannya juga. Begitu pula dengan penduduk kota Madinah. Mereka pada umumnya dikenal memiliki akhlak yang luhur, pemaaf, berperasaan halus, dan suka berbuat baik sesamanya.



Isterinya adalah Khansa' binti Khanddam al-Anshariyah dari golongan al-Aus. Pada awalnya, ayahnya ingin mengawinkan putrinya itu dengan seorang dari bani Auf, namun putrinya sudah terlanjur cinta kepada Abu Lubabah. Akhirnya ia pergi menghadap Rasulullah SAW dan melaporkan hasrat hatinya itu, lalu Rasulullah SAW memerintahkan kepada ayahnya supaya memberikan kebebasan kepada putrinya memilih calon suaminya. Akhirnya ia dinikahkan dengan Abu Lubabah bin Abdil Mundzir. Perkawinan keduanya mendapat karunia seorang anak perempuan, Lubabah namanya. Akhirnya Abu Lubabah menjadi panggilan ayahnya. Lubabah diperistri oleh Zaid ibnul Khaththab.



Abu Lubabah termasuk orang pertama yang masuk Islam, ketika beberapa orang anshar berjumpa dengan Mush'ab bin Umair di Yatsrib. Kepada mereka ditawarkan agama Islam lalu mereka dengan spontan percaya kepada Muhammad Rasulullah SAW. Abu Lubabah salah seorang Anshor yang menghadiri bai'at al-'Aqabah 2 kemudian kembali ke Madinah setelah pertempurannya dengan Rasulullah SAW itu. Ia merasa kagum sekali atas kepribadian dan keluhuran budi pekerti beliau. Ia kembali dari sana sebagai orang baru yang menjelma dari masa lalunya secara keseluruhan, menjadi seorang yang berusaha keras yang merealisasikan isi Al-Qur'anul Karim dalam hidup dan sepak terjangnya.



Saat perang badar pecah, ia mempersiapkan dirinya dan pergi menyandangkan senjatanya. Akan tetapi Rasulullah SAW tidak mengizinkannya pergi bersamanya, ia diamanatkan mewakilinya di Madinah. Penjagaan keamanan dan ketertiban kota itu tidak kurang pentingnya dengan perang di medan laga. Ia di beri tanggung jawab memelihara keamanan dan keselamatan penduduk kota Madinah, anak-anak, kaum wanita, dan semua orang yang ada di dalamnya. Ia juga diberi amanat menjaga keselamatan buah-buahan, perkebunan dan perbatasannya. Ia diberi tanggung jawab memberi warganya yang sedang kelaparan, memenuhi semua kebutuhan yang ada, baik anak-anak maupun oran tua, sampai pasukan yang berada di jalan Allah itu kembali.



Abu Lubabah mematuhi perintah Rasulullah SAW dengan baik. Ia memimpin kota Madinah, mempersiapkan bekal yang dibutuhkan oleh pasukan yang sedang berperang dan menggalakkan pembuatan senjata perang sehingga pasukan kaum muslimin memiliki persenjataan dan perbekalan yang lengkap. Tiap hari, ia pergi keluar kota Madinah untuk mengetahui berita jihad kaum muslimin. Akhirnya, berita kemenangan itu sampai diterimanya, lalu ia bergegas memasuki kota untuk menyampaikan berita kemenangan itu. Penduduk kota Madinah bersuka cita dan bersyukur kepada Allah yang telah memenangkan melawan musuh yang jauh lebih lengkap dan kuat.



Bagi orang yang mengamati sejarah Islam, selama masa itu akan berkesimpulan bahwa Abu Lubabah adalah seorang mukmin yang jujur, seorang pejuang yang ikhlas kepada agama, Nabi dan Rabbnya. Dalam penyerbuan Rasulullah SAW ke perbentengan yahudi Bani Quraizhah, Abu Lubabah ikut bersama beliau dan pimpinan pemerintahan di Madinah diserahkan kepada Abdullah ibnu Ummi Maktum. Rasulullah SAW bersama para sahabatnya mengepung benteng Bani Quraizhah itu selama 25 malam sehingga mereka hidup dalam kekurangan dan ketakutan. Setelah mereka meyakini bahwa Rasulullah SAW tidak akan membiarkan mereka tanpa hukuman, akhirnya Ka'ab bin Asad bertindak sebagai penengah untuk mereka.



Mereka lalu mengirim seorang utusan kepada Rasulullah SAW meminta Abu Lubabah bin Abdil Mundzir dikirimkan kepada mereka untuk dimintakan pendapatnya. Hal ini karena kedudukan seorang penasihat itu harus dapat dipercaya. Semua hukum dan syariat pun menyatakan demikian. Sedangkan kaum yahudi ingin menjadikan Abu Lubabah sebagai penasihatnya.. Rasulullah SAW memerintahkan pada Abu Lubabah untuk pergi menemui hasrat mereka. Abu Lubabah pergi menemui pimpinan kaum yahudi itu. Begitu anak-anak dan istri-istri mereka melihat Abu Lubabah datang mereka menangis meraung memohon belas kasihan. Sudah tentu Abu Lubabah sebagai manusia tidak bisa menyembunyikan rasa iba dan harunya kepada mereka. Abu Lubabah sebagai manusia tidak bisa tidak terpengaruh oleh peristiwa itu.



Mereka bertanya kepadanya: "wahai Abu Lubabah, bagaimana pendapatmu, apakah kami akan tunduk kepada keputusan Sa'ad Bin Mu'adz?" Abu Lubabah lalu mengisyaratkan kepada mereka dengan tangannya ke lehernya bahwa mereka akan disembelih, berarti jangan mau menerima. Abu Lubabah berkata: "Demi Allah, kedua kakiku belum beranjak dari tempatku melainkan telah mengetahui bahwa aku telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya". Lalu turunlah ayat itu. Sesudah ayat itu turun maka ia memperkeras ikatannya pada pilar masjid an-Nabawi, seraya berkata: "Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum hingga aku mati atau Allah mengampuni dosaku itu".



Sudah 7 hari lamanya ia tidak makan hingga tidak sadarkan diri, kemudian Allah mengampuninya. Ada yang mengatakan bahwa di terimanya tobat Abu Lubabah diberitahukan oleh Allah kepada Nabi SAW ketika beliau berada di rumah Abu Salamah ra, Istri Abu Salamah, berkata: "Aku mendengar Rasulullah SAW tertawa pada waktu sahur aku bertanya: 'Wahai Rasulullah SAW, apa gerangan yang baginda tertawakan? 'Rasulullah SAW menjawab, 'Allah telah mengampuni dosa Abu Lubabah. 'Aku bertanya kepadanya: 'Apakah aku boleh menyampaikan berita gembira itu kepadanya?. 'Rasulullah SAW menjawab: 'Boleh saja kalau kau mau'. Dia lalu berdiri di pintu kamarnya; kejadian itu terjadi sebelum kewajiban berhijab diundangkan.



Aku berkata: 'Wahai Abu Lubabah, bergemberilah, Allah telah mengampuni dosamu'. Setelah itu, banyaklah orang yang datang hendak melepaskan ikatannya, namun ia menolak seraya berkata: 'Tidak. Demi Allah, aku tidak mau sebelum Rasulullah SAW datang membebaskan aku dengan tangannya'. Ketika Rasulullah SAW hendak shalat shubuh, baginda menghampirinya dan membukakan ikatannya". Adapun ayat yang melepaskannya dari dosa ialah firman-Nya: "Dan (ada pula) orang-orang yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan yang lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang". (at-Taubah:102)



Abu Lubabah lalu berkata: "Kiranya akan sempurna tobatku kalau aku meninggalkan kampung halaman kaumku tempat aku melakukan dosa di sana dan aku sumbangkan seluruh hartaku?". Rasulullah SAW menjawabnya: "Kau hanya dibenarkan menyumbangkan sepertiganya saja� Menurut riwayat ibnu Hisyam, sesudah Rasulullah SAW mendengar ceritanya, maka beliau bersabda: "Kalau dia datang menemuiku, tentu aku akan memohonkan ampunan untuknya. Akan tetapi, karena ia bertindak sendiri maka aku tidak mungkin bisa melepaskannya dari tempatnya sehingga Allah melepaskannya".



Adapun kepada Abu Lubabah telah diberikan ampunan, baik Rasulullah SAW maupun dari Allah Ta'ala, dan dia pun ikut aktif bersama kaum muslimin lainnya dalam berbagai kerja dan peperangannya. Dalam penaklukan kota Mekah, ia memegang panji Bani Amru bin Auf dan ia menyaksikan masuknya orang berbondong-bondong ke dalam agama Islam. Demikianlah akhirnya, ia kembali ke rahmatullah pada zaman pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiallaahu 'anhu. semoga Allah Ta'ala menempatkannya di dalam surga-Nya, sesuai dengan jasa dan baktinya kepada agama Islam dan kaum muslimin.

Read Post | comments

Abbad bin Bisyir

Ketika Mush'ah bin Umeir tiba di Madinah sebagai utusan dari Rasulullah SAW untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah bai'at kepada Nabi dan membimbing mereka melakukan shalat, maka 'Abbad bin Bisyir radhiallahu anhu adalah seorang budiman yang telah dibukakan Allah hatinya untuk menerima kebaikan. la datang menghadiri majlis Mush'ab dan mendengarkan da'wahnya, diulurkan tangannya mengangkat bai'at memeluk Islam. Dan semenjak itu mulailah ia menempati kedudukan utama di antara orang Anshar yang diridlai oleh Allah serta mereka ridla kepada Allah.



Kemudian Nabi pindah ke Madinah, setelah lebih dulu orang-orang Mu'min dari Eulekah tiba di sana. Dan mulailah terjadi peperangan dalam mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir Quraisy dan sekutunya yang tak henti-hentinya memburu Nabi dan ummat Islam. Kekuatan pembawa cahaya dan kebaikan bertarung dengan kekuatan gelap dan kejahatan. Dan pada setiap peperangan itu 'Abbad bin Bisyir berada di barisan terdepan, berjihad di jalan Allah dengan gagah berani dan mati-matian dengan cara yang amat mengagumkan.



Dan mungkin peristiwa yang kita paparkan di bawah ini dapat mengungkapkan sekelumit dari kepahlawanan tokoh Mu'min ini. Rasulullah SAW dan Kaum Muslimin selesai menghadapi perang Dzatur Riqa', mereka sampai di suatu tempat dan bermalam di sana, Rasulullah SAW memilih beberapa orang shahabatnya untuk berkawal secara bergiliran. Di antara mereka terpilih 'Ammar bin Yasir dan 'Abbad bin Bisyir yang berada pada satu kelompok. Karena dilihat oleh 'Abbad bahwa kawannya 'Ammar sedang lelah, di usulkannya agar 'Ammar tidur lebih dulu dan ia akan berkawal. Nanti bila ia telah dapat istirahat cukup maka giliran 'Ammar berkawal menggantikan.



'Abbad melihat bahwa lingkungan sekelilingnya aman. Maka timbullah fikirannya untuk mengisi waktu dengan melakukan shalat, hingga pahala yang akan diperoleh akan jadi berlipat. Demikianlah ia bangkit melakukannya. Tiba-tiba sementara ia berdiri sedang membaca sebuah surat Al-Quran setelah al-Fatihah sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya. Maka dicabutnya anak panah itu dan diteruskannya shalatnya. Tidak lama antaranya mendesing pula anak panah kedua yang mengenai anggota badannya. Tetapi ia tak hendak menghentikan shalatnya hanya dicabutnya anak panah itu seperti yang pertama tadi, dan dilanjutkannya bacaan surat.



Kemudian dalam gelap malam itu musuh memanahnya lalu untuk ketiga kalinya. 'Abbad menarik anak panah itu dan mengakhiri bacaan surat. Setelah itu ia ruku' dan sujud, sementara tenaganya telah lemah disebabkan sakit dan lelah. Lalu antara sujud itu diulurkannya tangannya kepada kawanya yang sedang tidur di sampingnya dan ditarik-tariknya ia sampai terbangun. Dalam pada itu ia bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud, lalu menyelesaikan shalatnya.



'Ammar terbangun mendengar suara kawannya yang tak putus-putus menahan sakit : "Gantikan daku mengawal, karena aku telah kena!" 'Ammar menghambur dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan dan takutnya musuh yang menyelinap. Mereka melarikan diri, sedang 'Ammar berpaling kepada temannya katanya : "Subhanallah! Kenapa saya tidak dibangunkan ketika kamu dipanah yang pertama kali tadi" Ujar 'Abbad : "Ketika daku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat al-Quran yang amat mengharukan hatiku, hingga aku tak ingin untuk memutuskannya! Dan demi Allah, aku tidak menyiakan penjagaan yang ditugaskan Rasul kepada kita, sungguh, aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat yang sedang kubaca itu !"



'Abbad cinta sekali kepada Allah, Rasul dan Agamanya. Kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruh kehidupannya. Dan sejak Nabi SAW berpidato dan mengarahkan pembicaraannya pada Kaum Ansar, ia termasuk salah seorang di antara mereka. Sabdanya: "Hai golongan Anshar! Kalian adalah inti, sedang golongan lain bagai kulit ari! Maka tak mungkin aku dicederai oleh pihak kalian!'' Sejak 'Abbad mendengar ucapan Rasul itu, ia rela menyerahkan harta benda dan hidupnya di jaIan Allah, maka di arena pengurbanan dan di medan laga ia muncul sebagai orang pertama, tapi di waktu pembagian keuntungan dan harta rampasan, sukar untuk ditemukannya



Ia seorang ahli ibadah yang tekun, pahlawan yang gigih berjuang, seorang dermawan yang rela berqurban dan seorang mu'min sejati yang telah membaktikan hidupnya untuk keimanan. Keutamaannya ini telah dikenal luas di antara shahabat Rasul. Dan Aisyah ra pernah mengatakan : Ada tiga orang Anshar yang keutamaannya tak dapat diatasi oleh seorang pun juga yaitu : Sa'ad bin Mu'adz, Useid bin Hudlair dan 'Abbad bin Bisyir!" Para Sahabat mengetahui bahwa 'Abbad adalah tokoh yang beroleh karunia cahaya dari Allah. Penglihatannya yang tajam dapat mengetahui yang baik tanpa mencari dengan susah. Bahkan mengenai cahaya ini sampai ke tingkat yang lebih tinggi, bahwa itu merupakan benda yang dapat terlihat. Sahabat berkata bahwa bila 'Abbad berjalan di waktu malam, terbitlah berkas cahaya yang menerangi jalan yang akan ia ditempuh.



Dalam peperangan menghadapi orang murtad sepeninggal Rasulullah SAW maka 'Abbad memikul tanggung jawab dengan keberanian yang tak ada taranya. Apalagi dalam pertempuran Yamamah di mana Kaum Muslimin menghadapi bala tentara yang paling kejam dan paling berpengalaman dibawah pimpinan Musailamatul Kaddzab, 'Abbad melihat bahaya besar mengancam Islam. Sehari sebelum perang Yamamah dimulai, 'Abbad mengalami suatu mimpi yang tak lama antaranya diketahui Ta'birnya secara gamblang dan terjadi di arena pertempuran sengit yang diterjuni oleh Kaum Muslimin. Dan marilah kita panggil seorang shahabat mulia Abu Sa'id al-Khudri ra untuk menceritakan mimpi yang dilihat oleh 'Abbad tersebut begitu pun Ta'birnya, serta peranannya yang mengagumkan dalam pertempuran yang berakhir dengan syahidnya.



Demikian cerita Abu Sa'id: " 'Abbad bin Bisyir mengatakan kepadaku: "Hai Abu Sa'id! Saya bermimpi semalam melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi. ! Saya yakin bahwa ta'birnya insya Allah saya akan menemui syahidnya" "Demi Allah!" ujarku, "itu adalah mimpi yang baik" "Dan di waktu perang Yamamah itu saya lihat ia berseru kepada orang Anshar : "Pecahkan sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian !" Maka segeralah menyerbu sejumlah empat ratus orang dari golongan Anshar hingga sampailah mereka ke pintu gerbang taman bunga, lalu bertempur dengan gagah berani. Wajahnya penuh dengan bekas sambaran pedang dan saya mengenalnya hanya dengan melihat tanda yang ada pada tubuhnya."



Demikianlah 'Abbad naik ke taraf yang sesuai memenuhi kewajiban sebagai seorang Mu'min. Dan tatkala pada permulaan dilihatnya neraca pertempuran sengit itu lebih berat untuk kemenangan musuh, teringatlah olehnya ucapan Rasulullah terhadap Kaumnya golongan Anshar : "Kalian adalah inti! Maka tak mungkin saya dicederai oleh pihak kalian!" Ucapan itu memenuhi hatinya, hingga seolah sekarang ini Rasulullah masih berdiri, mengulang kata-kata itu. 'Abbad merasa bahwa tanggung jawab itu terpikul di atas bahu golongan Anshar semata sebelum golongan lainnya. Maka ketika itu naiklah ia ke atas sebuah bukit lalu berseru: "Hai golongan Anshar. Pecahkan sarung pedangmu, dan tunjukkan keistimewaan mu dari golongan lain."



'Abbad bersama Abu Dajanah dan Barra' bin Malik mengerahkan mereka ke taman maut yang digunakan oleh Musailamah sebagai benteng pertahanan. Dan pada hari yang mulia itu, pergilah 'Abbad menemui syahidnya, Tidak salah mimpi yang dilihat dalam tidurnya semalam? Bukankah ia melihat langit terbuka, kemudian setelah ia masuk ke celahnya, tiba-tiba langit bertaut dan tertutup kembali. Dan mimpi itu dita'wilkannya bahwa pada pertempuran yang akan terjadi ruhnya akan naik ke haribaan Tuhan dan penciptanya Sungguh, benarlah mimpi itu dan benarlah pula ta'birnya. Pintu-pintu langit telah terbuka untuk menyambut ruh 'Abbad bin Bisyir dengan gembira, yakni searang tokoh yang oleh Allah diberi cahaya.

Read Post | comments

Sa'ad bin Muadz

Pada usia 31 tahun ia masuk Islam. Dan dalam usia 31 tahun ia pergi menemui syahidnya. Dan antara hari keislamannya sampai saat wafatnya, telah diisi oleh Sa'ad bin Muadz dengan karya-karya gemilang dalam berhakti kepada Allah dan Rasul-Nya. Laki-laki yang anggun berwajah tampan berseri, dengan tubuh tinggi dan badan gemuk gempal.? Bagai hendak dilipatnya bumi dengan melompat dan berlari menuju rumah As'ad bin Zurarah, untuk melihat seorang pria dari Mekah bernama Mush'ab bin Umeir yang dikirim oleh Muhammad SAW sebagai utusan guna menyebarkan tauhid dan Agama Islam di Madinah. Ia pergi ke sana dengan tujuan hendak mengusir perantau ini ke luar perbatasan Madinah, agar ia membawa kembali Agamanya dan membiarkan penduduk Madinah dengan agama mereka Tetapi baru saja ia bersama Useid bin Zurarah sampai ke dekat majlis Mush'ab di rumah sepupunya, tiba-tiba dadanya telah terhirup udara segar yang nyaman. Dan belum lagi ia sampai kepada hadirin yang memasang telinga terhadap uraian Mush'ab, maka petunjuk Allah telah menerangi jiwa dan ruhnya.



Demikianlah, dalam ketentuan taqdir yang mengagumkan, mempesona dan tidak terduga, pemimpin golongan Anshar itu melemparkan lembingnya dan mengulurkan tangan kanannya mengangkat bai'at kepada utusan Rasulullah saw. Dan dengan masuk Islamnya Sa'ad, bersinarlah Madinah, Sa'ad telah memeluk Islam, memikul tanggung jawab itu dengan keberanian dan kebesaran. Dan tatkala Rasulullah hijrah ke Madinah, maka rumah-rumah kediaman Bani Abdil Asyhal, yakni kabilah Sa'ad, pintunya terbuka lebar bagi golongan Muhajirin, begitu pula semua harta kekayaan mereka dapat dimanfa'atkan tanpa batas tanpa takut akan perhitungan.



Dan datanglah saat perang Badar Rasulullah SAW mengumpulkan shahabatnya dari golongan Muhajirin dan Anshar untuk bermusyawarah dengan mereka, seraya katanya: "Kemukakanlah buah fikiran kalian, wahai shahabat" Maka bangkitlah Sa'ad bin Mu'adz tak ubah bagi bendera di atas tiangnya, katanya: "Wahai Rasulullah ! Kami telah beriman kepada anda, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang anda bawa itu adalah hal yang benar, dan telah kami berikan pula ikrar dan janji-janji kami. Maka laksanakanlah terus, ya Rasulallah apa yang anda inginkan, dan kami akan selalu bersama anda ! Dan demi Allah yang telah mengutus anda membawa kebenaran! Seandainya anda menghadapkan kami ke lautan ini lalu anda menceburkan diri ke dalamnya, pastilah kami akan ikut mencebur, tak seorang pun yang akan mundur dan kami tidak keberatan untuk menghadapi musuh esok pagi! Sungguh, kami tabah dalam pertempuran dan teguh menghadapi perjuangan! Dan semoga Allah akan memperlihatkan kepada anda tindakan kami yang menyenangkan hati! Maka maulailah kita berangkat dengan berkah Allah!"



Kata-kata Sa'ad itu muncul tak ubah bagai berita gembira, dan wajah Rasul pun bersinar-sinar dipenuhi rasa ridla dan bangga serta bahagia, lalu katanya kepada Kaum Muslimin: "Marilah hita berangkat dan besarkan hati halian karena Allah telah menjanjihan kepadahu salah satu di antara dua golongan! Demi Allah sungguh seolah-olah tampak olehhu hehancuran orang-orang itu!" (al-Hadits) Dan di waktu perang Uhud, yakni ketika Kaum Muslimin telah cerai-berai disebabkan serangan mendadak dari tentara musyrikin, maka takkan sulit bagi penglihatan mata untuk menemukan kedudukan Sa'ad bin Mu'adz . Kedua kakinya seolah-olah telah dipakukannya ke bumi di dekat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mempertahankan dan membelanya mati-matian, suatu hal yang agung, terpancar dari sikap hidupnya Kemudian datanglah pula saat perang Khandak, yang dengan jelas membuktikan kejantanan Sa'ad dan kepahlawanannya.. Perang Khandak ini merupakan bukti nyata atas persekongkolan dan siasat licik yang dilancarkan kepada Kaum Muslimin tanpa ampun, yaitu dari orang-orang yang dalam pertentangan mereka, tidak kenal perjanjian atau keadilan.



Maka tatkala Rasulullah SAW bersama para shahabat hidup dengan sejahtera di Madinah serta mengharap orang-orang Quraisy menghentikan peperangan, kiranya segolongan pemimpin Yahudi secara diam-diam pergi ke Mekah lalu menghasut orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah sambil memberikan janji dan ikrar akan berdiri di samping Quraisy bila terjadi peperangan dengan orang-orang Islam nanti. Pendeknya mereka telah membuat perjanjian dengan orang-orang musyrik itu, dan bersama-sama telah mengatur rencana dan siasat peperangan. Di samping itu dalam perjalanan pulang mereka ke Madinah, mereka berhasil pula menghasut suatu suku terbesar di antara suku-suku Arab yaitu kabilah Gathfan dan mencapai persetujuan untuk menggabungkan diri dengan tentara Quraisy. Siasat peperangan telah diatur dan tugas serta peranan telah dibagi-bagi. Quraisy dan Gathfan akan menyerang Madinah dengan tentara besar, sementara orang-orang Yahudi, di waktu Kaum Muslimin mendapat serangan secara mendadak itu, akan melakukan penghancuran di dalam kota dan sekelilingnya! Maka tatkala Nabi SAW mengetahui permufakatan jahat ini beliau mengambil langkah pengamanan. Dititahkan menggali parit perlindungan sekeliling Madinah untuk membendung serbuan musuh. Di samping itu diutusnya pula Sa'ad bin Mu'adz dan Sa'ad bin Ubadah kepada Ka'ab bin Asad pemimpin Yahudi suku Quraidha untuk menyelidiki sikap mereka sesungguhnya terhadap orang yang akan datang, walaupun antara mereka dengan Nabi SAW sebenamya sudah ada beberapa perjanjian dan persetujuan damai.



Dan alangkah terkejutnya kedua utusan Nabi, karena ketika bertemu dengan pemimpin Bani Quraidha itu, jawabnya ialah: �Tak ada persetujuan atau perjanjian antara Kami dengan Muhammad !" Menghadapkan penduduk Madinah kepada pertempuran sengit dan pengepungan ketat ini, terasa amat berat bagi Rasulullah SAW. Oleh sebab itulah beliau memikirkan sesuatu siasat untuk memisahkan suku Gathfan dari Quraisy, hingga musuh yang akan menyerang, bilangan dan kekuatan mereka akan tinggal separoh. Siasat itu segera beliau laksanakan yaitu dengan mengadakan perundingan dengan para pemimpin Gathfan dan menawarkan agar mereka mengundurkan diri dari peperangan dengan imbalan akan beroleh sepertiga dari hasil pertanian Madinah. Tawaran itu disetujui oleh pemimpin Gathfan dan tinggal mencatat persetujuan itu hitam di atas putih .



Sewaktu usaha Nabi sampai sejauh ini, beliau tertegun, karena menyadari tiadalah sewajarnya ia memutuskan sendiri masalah tersebut. Maka dipanggilnyalah para shahabatnya untuk merundingkannya. Terutama Sa'ad bin Mu'adz dan Sa'ad bin Ubadah, buah fikiran mereka amat diperhatikannya, karena kedua mereka adalah pemuka Madinah, dan yang pertama kali berhak untuk membicarakan seal tersebut dan memilih langkah mana yang akan diambil Rasulullah menceritakan kepada kedua mereka peristiwa perundingan yang berlangsung antaranya dengan pemimpin Gathfan. Tak lupa ia menyatakan bahwa langkah itu diambilnya ialah karena ingin menghindarkan kota dan penduduk Madinah dari serangan dan pengepungan dahsyat.



Kedua pemimpin itu bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah ini pendapat anda sendiri ataukah wahyu yang dititahkan Allah?" Ujar Rasulullah: "Bukan, tetapi ia adalah pendapatku yang kurasa baik untuk tuan-tuan! Demi Allah, saya tidak hendak melakukannya kecuali karena melihat orang-orang Arab hendak memanah tuan-tuan secara serentak dan mendesak tuan-tuan dari segenap jurusan. Maka saya bermaksud hendak membatasi kejahatan mereka sekecil mungkin.! "Sa'ad bin Mu'adz merasa bahwa nilai mereka sebagai laki-laki dan orang-orang beriman mendapat ujian. Maka katanya: 'Wahai Rasulullah! Dahulu kami dan orang-orang itu berada dalam kemusyrikan dan pemujaan berhala, tiada mengabdikan diri pada Allah dan tidak kenal kepada-Nya, sedang mereka tak mengharapkan akan dapat makan sehutir kurma pun dari hasil bumi kami kecuali bila disuguhkan atau dengan cara jual beli. Sekarang, apakah setelah kami beroleh kehormatan dari Allah dengan memeluk Islam dan mendapat bimbingan untuk menerimanya dan setelah kami dimuliakan-Nya dengan anda dan dengan Agama itu, kami harus menyerahkan harta kekayaan kami.? Demi Allah, kami tidak memerlukan itu dan demi Allah kami tak hendak memberi kepada mereka kecuali pedang hingga Allah menjatuhkan putusan-Nya dalam mengadili kami dengan mereka."



Tanpa bertangguh Rasulullah SAW merubah pendiriannya dan menyampaikan kepada para pemimpin suku Gathfan bahwa sahabat-sahabatnya menolak rencana perundingan, dan bahwa beliau menyetujui dan berpegang kepada putusan shahabatnya.. Berselang beberapa hari, kota Madinah mengalami pengepungan ketat. Sebenarnya pengepungan itu lebih merupakan pilihannya sendiri daripada dipaksa orang, disebabkan adanya parit yang digali sekelilingnya untuk menjadi benteng perlindungan bagi dirinya. Kaum Muslimin pun memasuki suasana perang. Dan Sa'ad bin Mu'adz keluar membawa pedang dan tombaknya sambil berpantun: "Berhentilah sejenak, nantikan berkecamuknya perang Maut berkejaran menyambut ajal datang menjelang.!"



Dalam salah satu perjalanan kelilingnya nadi lengannya disambar anak panah yang dilepaskan oleh salah seorang musyrik. Darah menyembur dari pembuluhnya dan segera ia dirawat secara darurat untuk menghentikan keluamya darah. Nabi SAW menyuruh membawanya ke mesjid dan agar didirikan kemah untuknya. Sa'ad dibawa oleh Kaum Muslimin ke tempatnya di mesjid Rasul. Ia menunjukkan pandangan matanya ke arah langit, mohonnya: "Ya Allah, jika dari peperangan dengan Quuaisy ini masih ada yang Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadapinya! Karena tak ada golongan yang diinginkan untuk menghadapi mereka daripada kaum yang telah menganiaya Rasul-Mu, telah mendustakan dan mengusirnya.! Dan seandainya Engkau telah mengakhiri perang antara kami dengan mereka, jadikanlah kiranya musibah yang telah menimpa diriku sekarang ini sebagai jalan untuk menemui syahid! Dan janganlah aku dimatikan sebelum tercapainya yang memuaskan hatiku dengan Bani Quraidha !"



Allah-lah yang menjadi pembimbingmu, wahai Sa'ad bin Mu'adz ! Karena siapakah yang mampu mengeluarkan ucapan seperti itu dalam suasana demikian, selain dirimu? Dan permohonannya dikabulkan oleh Allah. Luka yang dideritanya menjadi penyebab yang mengantarkannya ke pintu syahid, karena sebulan setelah itu, akibat luka tersebut ia kembali menemui Tuhannya. Tetapi peristiwa itu terjadi setelah hatinya terobati terhadap Bani Quraidha.



Kisahnya ialah setelah orang-orang Quraisy merasa putus asa untuk dapat menyerbu kota Madinah dan ke dalam barisan mereka menyelinap rasa gelisah, maka mereka sama mengemasi barang perlengkapan dan alat senjata, lalu kembali ke Mekah dengan hampa tangan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berpendapat, mendiamkan perbuatan orang-orang Quraidha, berarti membuka kesempatan bagi kecurangan dan pengkhianatan mereka terhadap kota Madinah bilamana saja mereka menghendaki, suatu hal yang tak dapat dibiarkan berlalu! Oleh sebab itulah beliau mengerahkan shahabat-shahabatnya kepada Bani Quraidha itu. Mereka mengepung orang-orang Yahudi itu selama 25 hari. Dan tatkala dilihat oleh Bani Quraidha bahwa mereka tak dapat melepaskan diri dari Kaum Muslimin, mereka pun menyerahlah dan mengajukan permohonan kepada Rasulullah yang beroleh jawaban bahwa nasib mereka akan tergantung kepada putusan Sa'ad bin Mu'adz. Di masa jahiliyah dahulu, Sa'ad adalah sekutu Bani Quraidha .



Nabi SAW mengirim beberapa shahabat membawa Saad bin Mu'adz dari kemah perawatannya di mesjid. Ia dinaikkan ke atas kendaraan sementara badannya lemah dan menderita sakit. Kata Rasulullah kepadanya: "Wahai Sa'ad! Berilah keputusanmu terhadap Bani Quraidha!" Dalam fikiran Sa'ad terbayang kembali kecurangan Bani Quraidha yang berakhir dengan perang Khandak dan nyaris menghancurkan kota Madinah serta penduduknya. Maka ujar Sa'ad: "Menurut pertimbanganku, orang yang ikut berperang di antara mereka hendaklah dihukum bunuh. Perempuan dan anak mereka diambil jadi tawanan, sedang harta kekayaan mereka dibagi-bagi!" Demikianlah, sebelum meninggal, hati Sa'ad telah terobat terhadap Bani Quraidha..



Luka yang diderita Sa'ad setiap hari bertambah parah. Pada suatu hari Rasulullah SAW datang menjenguknya. Kiranya didapatinya ia dalam saat terakhir dari hayatnya. Maka Rasulullah meraih kepalanya dan menaruhnya di atas pangkuannya, berdo'a kepada Allah, katanya: "Ya Allah, Sa'ad telah berjihad di jalan-mu ia telah membenarkan Rasul-Mu dan telah memenuhi kewajibannya. Maka terimalah ruhnya dengan sebaik-baiknya cara Engkau menerima ruh!" Kata-kata yang dipanjatkan Nabi itu rupanya telah memberikan kesejukan dan perasaan tenteram kepada ruh yang hendak pergi. Dengan susah payah dicobanya membuka kedua matanya dengan harapan kiranya wajah Rasulullah adalah yang terakhir dilihatnya selagi hidup ini, katanya: "Salam atasmu, wahai Rasulullah! Ketahuilah bahwa aku mengakui bahwa anda adalah Rasulullah!" Rasulullah pun memandangi wajah Sa'ad lalu katanya: "Kebahaggiaan bagimu wahai Abu Amr !" Berkata Abu Sa'id al-Khudri: "Saya adalah salah seorang yang menggali makam untuk Sa'ad. Dan setiap kami menggali satu lapisan tanah, tercium oleh kami wangi kesturi, hingga sampai ke liang lahat". Musibah dengan kematian Sa'ad yang menimpa Kaum Muslimin terasa berat sekali. Tetapi hiburan mereka juga tinggi nilainya, karena mereka dengar Rasul mereka yang mulia bersabda: "Sungguh, 'Arasy Tuhan Yang Rahman bergetar dengan berpulangnya Sa'ad bin Mu'adz !

Read Post | comments

Abdullah bin Abbas

Ibnu Abbas serupa dengan Ibnu Zubeir bahwa mereka sama-sama menemui Rasulullah dan bergaul dengannya selagi masih becil dan Rasulullah wafat sebelum Ibnu Abbas mencapai usia dewasa. Tetapi ia seorang lain yang di waktu kecil telah mendapat kerangka kepahlawanan dan prinsip-prinsip kehidupan dari Rasuluilah saw. yang mengutamakan dan mendidiknya serta mengajarinya hikmat yang murni. Dan dengan keteguhan iman dan kekuatan akhlaq serta melimpahnya ilmunya, Ibnu Abbas mencapai kedudukan tinggi di lingkungan tokoh-tokoh sekeliling Rasul. Ia adalah putera Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim, paman Rasulullah saw. Digelari "habar" atau kyahi atau lengkapnya "kyahi ummat", suatu gelar yang hanya dapat dicapainya karena otaknya yang cerdas, hatinya yang mulia dan pengetahuannya yang luas.



Dari kecilnya, Ibnu Abbbas telah mengetahui jalan hidup yang akan ditempuhnya, dan ia lebih mengetahuinya lagi ketika pada suatu hari Rasulullah menariknya ke dekatnya selagi ia masih kecil itu dan menepuk-nepuk bahunya serta mendu'akannya : "Ya Allah, berilah ia ilmu Agama yang mendalam dan ajarkanlah kepadanya ta'wil". Kemudian berturut-turut pula datangnya kesempatan dimana Rasulullah mengulang-ulang du'a tadi bagi Abdullah bin Abbas sebagai saudara sepupunya itu ..., dan ketika itu ia mengertilah bahwa ia diciptakan untuk ilmu dan pengetahuan. Sementara persiapan otaknya mendorongnya pula dengan kuat untuk menempuh jalan ini. Karena walaupun di saat Rasulullah shallallahu alaihi wasalam wafat itu, usianya belum lagi lebih dari tiga belas tahun, tetapi sedari kecilnya tak pernah satu hari pun lewat, tanpa ia menghadiri majlis Rasulullah dan menghafalkan apa yang diucapkannya....



Dan setelah kepergian Rasulullah ke Rafiqul A'la, Ibnu Abbas mempelajari sungguh-sungguh dari shahabat-shahabat Rasul yang pertama, apa-apa yang input didengar dan dipelajarinya dari Rasulullah saw. sendiri. Suatu tanda tanya (ingin mengetahui dan ingin bertanya) terpatri dalam dirinya. Maka setiap kedengaran olehnya seseorang yang mengetahui suatn ilmu atau menghafaikan Hadits, segeralah ia menemuinya dan belajar kepadanya. Dan otaknya yang encer lagi tidak mau puas itu, mendorongnya nntuk meneliti apa yang didengarnya. Hingga tidak saja ia menumpahkan perhatian terhadap mengumpulkan ilmu pengetahuan semata, tapi jnga untuk meneliti dan menyelidiki sumber-sumbernya. Pernah ia menceritakan pengalamannya: -- "Pernah aku bertanya kepada tigapuluh orang shahabat Rasul shallallahu alaihi wasalam� mengenai satu masalah". Dan bagaimana keinginannya yang amat besar untuk mendapatkan sesuatu ilmu, digambarkannya kepada kita sebagai berikut: -



"Tatkala Rasulullah SAW wafat, katakan kepada salah seorang pemuda Anshar: "Marilah kita bertanya kepada shahabat Rasulullah, sekarang ini mereka hampir semuanya sedang bekumpul?" Jawab pemuda Anshar: "Aneh sekali kamu ini, hai Ibnu Abbas! Apakah kamu kira orang-orang akan membutuhkanmu, padahal di kalangan mereka sebagai kau lihat banyak terdapat shahabat Rasulullah ... ?" Demikianlah ia tak mau diajak, tetapi aku tetap pergi bertanya kepada shahabat Rasulullah. Pernah aku mendapatkan satu Hadits dari seseorang, dengan cara kudatangi rumahnya kebetulan ia sedang tidur slang. Kubentangkan kainku di muka pintunya, lalu duduk menunggu, sementara angin menerbangkan debu kepadaku, sampai akhirnya ia� bangun� dan� keluar mendapatiku. Maka katanya: "Hai saudara sepupu Rasulullah, apa maksud kedatanganmu? Kenapa tidak kamu suruh saja orang kepadaku agar aku datang kepadamu?" "Tidak!" ujarku, "bahkan akulah yang harus datang mengunjungi anda! Kemudian kutanyakan kepadanya sebuah Hadits dan aku belajar daripadanya !"



Demikianlah pemuda kita yang agung ini bertanya, kemudian bertanya dan bertanya lagi, lalu dicarinya jawaban dengan teliti,� dan dikajinya dengan seksama dan� dianalisanya� dengan fikiran yang berlian. Dari hari ke hari pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya berkembang dan tumbuh, hingga dalam usianya yang muda belia telah cukup dimilikinya hikmat dari orang-orang tua, dan disadapnya ketenangan dan kebersihan pikiran mereka, sampai-sampai Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab radhiallahu anhu menjadikannya kawan bermusyawarah pada setiap urusan penting dan menggelarkannya "pemuda tua"! Pada suatu hari ditanyakan orang kepada Ibnu Abbas:
"Bagaimana anda mendapatkan ilmu ini ?" Jawabnya: -"Dengan lidah yang gemar bertanya, dan akal yang suka berfikir !" Maka dengan lidahnya yang selalu bertanya dan fikirannya yang tak jemu-jemunya meneliti, serta dengan kerendahan hati dan pandainya bergaul, jadilah Ibnu Abbas sebagai "kyahi ummat ini". Sa'ad bin Abi Waqqash melukiskannya dengan kalimat-kalimat seperti ini : Tak seorang pun yang kutemui lebih cepat mengerti, lebih tajam berfikir dan lebih banyak dapat menyerap ilmu dan lebih luas sifat santunnya dari Ibnu Abbas ... ! Dan sungguh, kulihat Umar memanggilnya dalam urusan-urusan pelik, padahal sekelilingnya terdapat peserta Badar dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Maka tampillah Ibnu Abbas menyampaikan pendapatnya, dan Umar pun tak hendak melampaui apa katanya!"



Ketika membicarakannya, Ubaidillah bin 'Utbah berkata:"Tidak seorang pun yang lebih tahu tentang Hadits yang diterimanya dari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam� daripada Ibnu Abbas..! Dan tak kulihat orang yang lebih mengetahui tentang putusan Abu Bakar, Umar dan Utsman dalam pengadilan daripadanya ! Begitu pula tak ada yang lebih mendalam pengertiannya daripadanya. Sungguh, ia telah menyediakan waktu untuk mengajarkan fiqih satu hari, tafsir satu hari, riwayat dan strategi perang satu hari, syair satu hari, dan tarikh serta kebudayaan bangsa Arab satu hari. Serta tak ada yang lebih tahu tentang syair, bahasa Arab, tafsir� -Quran,� ilmu� hisab� dan� seal� pembagian� pusaka daripadanya ! Dan tidak seorang alim pun yang pergi duduk ke dekatnya kecuali hormat kepadanya, serta tidak seorang pun yang bertanya, kecuali mendapatkan jawaban daripadanya... !" Seorang Muslim penduduk Bashrah melukiskannya pula sebagai berikut: (Ibnu Abbas pernah menjadi gubernur di sana, diangkat oleh Ali) "Ia mengambil tiga perkara dan meninggalkan tiga perkara : 1. Menarik hati pendengar apabila ia berbicara. 2. Memperhatikan setiap ucapan pembicara. 3. Memilih yang teringan apabila memutuskan perkara dan 1. Menjauhi sifat mengambil muka 2. Menjauhi orang-orang yang rendah budi. 3. Menjauhi setiap perbuatan dosa.



Sebagaimana kita telah paparkan bahwa Ibnu Abbas adalah orang yang menguasai dan mendalami berbagai cabang ilmu. Maka ia pun menjadi tepatan bagi orang-orang pang mencari ilmu, berbondong-bondong orang datang dari berbagai penjuru negeri Islam untuk mengikuti pendidikan dan mendalami ilmu pengetahuan. Di samping ingatannya yang kuat bahkan luar biasa itu, Ibnu Abbas memiliki pula kecerdasan dan kepintaran yang Istimewa. Alasan yang dikemukakannya bagaikan cahaya matahari, menembus ke dalam kalbu menghidupkan cahaya iman ....Dan dalam percakapan atau berdialog, tidak saja ia membuat lawannya terdiam, mengerti dan menerima alasan yang dikemukakannya, tetapi juga menyebabkannya diam terpesona, karena manisnya susunan kata dan keahliannya berbicara ... ! Dan bagaimana pun juga banyaknya ilmu dan tepatnya alasan tetapi diskusi atau tukar fikiran itu ... ! Baginya tidak lain hanyalah sebagai suatu slat yang paring ampuh untuk mendapatkan dan mengetahui kebenaran ... !



Dan memang, telah lama ia ditabuti oleh Kaum Khawarij karena logikanya yang tepat dan tajam! Pada suatu hari ia diutus oleh Imam Ali kepada sekelompok besar dari mereka. Maka terjadilah di antaranya dengan mereka percakapan yang amat mempesona, di mana Ibnu Abbas mengarahkan pembicaraan serta menyodorkan alasan dengan cara yang menakjubkan. Dari percakapan yang panjang itu, kita cukup mengutip cupIikan di bawah ini: Tanya Ibnu Abbas: -- "Hal-hal apakah yang menyebabkan tuan-tuan menaruh dendam terhadap Ali ?" Ujar mereka: -"Ada tiga hal yang menyebabkan kebencian kami padanya: Pertama dalam Agama Allah ia bertahkim kepada manusia, padahal Allah berfirman: '"Tak ada hukum kecuali bagi Allah ... !') Kedua, ia berperang, tetapi tidak menawan pihak musuh dan tidak pula mengambil barta rampasan. Seandainya pihak lawan itu orang-orang kafir, berarti harta mereka itu halal. Sebaliknya bila mereka orang-orang beriman maka haramlah darahnya !) Dan ketiga, waktu bertahkim, ia rela menanggalkan sifat Amirul Mu'minin dari dirinya demi mengabulkan tuntutan lawannya. Maka jika ia sudah tidak jadi amir atau kepala bagi orang-orang Mu'min lagi, berarti ia menjadi kepala bagi orang-orang kafir... !")



Lamunan-lamunan mereka itu dipatahkan oleh Ibnu Abbas, katanya: -- "Mengenai perkataan tuan-tuan bahwa ia bertahkim kepada manusia dalam Agama Allah, maka apa salahnya ? Bukankah Allah telah berfirman: "Hai orang-orang beriman! Janganlah halian membunuh binatang buruan, sewaktu halian dalam ihram! Barang siapa di antara kalian yang membunuhnya dengan sengaja, maka hendaklah ia membayar denda berupa binatang ternak yang sebanding dengan hewran yang dibunuhnya itu, yang untuk menetapkannya diputuskan oleh dua orang yang adil di antara kalian sebagai hahimnya !" (Q.S. 5 al-hlaidah: 95) Nah, atas nama Allah cobalah jawab: "Manakah yang lebih penting, bertahkim kepada manusia demi menjaga darah kaum Muslimin, ataukah bertahkim kepada mereka mengenai seekor kelinci yang harganya seperempat dirham ?"Para pemimpin Khawarij itu tertegun menghadapi logika tajam dan tuntas itu. Kemudian "kyai ummat ini" melanjutkan bantahannya: "Tentang ucapan tuan-tuan bahwa ia perang tetapi tidak melakukan penawanan dan merebut harta rampasan, apakah tuan-tuan menghendaki agar ia mengambil Aisyah istri Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dan Ummul Mu'minin itu sebagai tawanan, dan pakaian berkabungnya sebagai barang rampasan ... ?"



Di sini wajah orang-orang itu jadi merah padam karena malu, lain menutupi muka mereka dengan tangan ...,sementara Ibnu Abbas beralih kepada soal yang ketiga katanya: "Adapun ucapan tuan-tuan bahwa ia rela menanggalkan sifat Amirul Mu'minin dari dirinya sampai selesainya tahkim, maka dengarlah oleh tuan-tuan apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasalam di hari Hudaibiyah, yakni ketika ia mengimlakkan surat perjanjian yang telah tercapai antaranya dengan orang-orang Quraisy. Katanya kepada penuiis: "Tulislah: Inilah yang telah disetujui oleh Muhammad Rasulullah ... ". Tiba-tiba utusan Qnraisy menyela: 'Demi Allah, seandainya kami mengakuimu sebagai Rasulullah, tentulah kami tidak menghalangimu ke Baitullah dan tidak pula akan memerangimu ... ! Maka tulislah: Inilah yang telah disetujui oleh Muhammad bin Abdullah !" Kata Rasulullah kepada mereka: "Demi Allah, sesungguhnya saya ini Rasulullah walaupun kamu tak hendak mengakuinya� Lalu kepada penulis surat perjanjian itu diperintahkannya:"Tulislah apa yang mereka kehendaki! Tulis: Inilah yang telah disetujui oleh Muhammad bin Abdullah !"



Demikianlah, dengan cara yang menarik dan menakjubkan ini, berlangsung soal jawab antara Ibnu Abbas dan golongan Khawarij, hingga belum lagi tukar fikiran itu selesai, duapuluh ribu orang di antara mereka bangkit serentak, menyatakan kepuasan mereka terhadap keterangan-keterangan Ibnu Abbas dan sekaligus memaklumkan penarikan diri mereka dari memusuhi Imam Ali ! Ibnu Abbas tidak saja memiliki kekayaan besar berupa ilmu pengetahuan semata, tapi di samping itu ia memiliki pula kekayaan yang lebih besar lagi, yakni etika ilmu serta akhlak para ulama. Dalam kedermawanan dan sifat pemurahnya, Ia bagaikan Imam dengan,panji-panjinya. Dilimpah-ruahkannya harta bendanya kepada manusia, persis sebagaimana ia melimpah ruahkan ilmunya kepada mereka. Orang-orang yang sesama dengannya, pernah menceritakan dirinya sebagai berikut: -- "Tidak sebuah rumah pun kita temui yang lebih banyak makanan, minuman buah-buahan, begitupun ilmu pengetahuannya dari rumah Ibnu Abbas ... !"



Di samping itu ia seorang yang berhati suci dan berjiwa bersih, tidak menaruh dendam atau kebencian kepada siapa juga. Keinginannya yang tak pernah menjadi kenyang, ialah harapannya agar setiap orang, baik yang dikenalnya atau tidak, beroleh kebaikan...! Katanya mengenai dirinya: "Setiap aku mengetahui suatu ayat dari kitabullah, aku berharap kiranya semua manusia mengetahui seperti apa yang kuketahui itu ... ! Dan setiap aku mendengar seorang hakim di antara hakim-hakim Islam melaksanakan keadilan dan memutus sesuatu perkara dengan adil, maka aku merasa gembira dan turut mendu'akannya ..., padahal tak ada hubungan perkara antaraku dengannya ... ! Dan setiap aku mendengar turunnya hujan yang menimpa bumi Muslimin, aku merasa berbahagia, padahal tidak seekor pun binatang ternakku yang digembalakan di bumi tersebut...!"



Ia seorang ahli ibadah yang tekun beribadat dan rajin bertaubat ..., sering bangun di tengah malam dan shaum di waktu siang, dan seolah-olah kedua matanya telah hafal akan jalan yang dilalui oleh air matanya di kedua pipinya, karena seringnya ia menangis, balk di kala ia shalat maupun sewaktu membaca alquran ....Dan ketika ia membaca ayat-ayat alquran yang memuat berita duka atau ancaman, apalagi mengenai maut dan saat dibangkitkan, maka isaknya bertambah keras dan sedu sedannya menjadi-jadi ! Di samping semua itu, ia juga seorang yang berani, berfikiran sehat dan teguh memegang amanat ! Dalam perselisihan yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyah, ia mempunyai beberapa pendapat yang menunjukban tingginya kecerdasan dan banyaknya akal serta siasatnya .... Ia lebih mementingkan perdamaian dari peperangan, lebih banyak berusaha dengan jalan lemah lembut daripada kekerasan, dan menggunahan fikiran daripada paksaan...!



Tatkala Husein radhiallahu anhu bermaksud hendak pergi ke Irak untuk memerangi Ziad dan Yazid, Ibnu Abbas menasehati Husein, memegang tangannya dan berusaha sekuat daya untuk menghalanginya. Dan tatkala ia mendengar kematiannya, ia amat terpukul, dan tidak keluar-keluar rumah karena amat dukanya. Dan di setiap pertentangan yang timbul antara Muslim dengan Muslim tak ada yang dilakukan oleh Ibnu Abbas, selain mengacungkan bendera perdamaian, beriunak lembut dan melenyapkan kesalah-pahaman Benar ia ikut tejun dalam peperangan di pihak Imam Ali terhadap Mu'awiyah, tetapi hal itu dilakukannya, tiada lain hanyalah sebagai tamparan keras yang wajib dilakukan terhadap penggerak perpecahan yang mengancam keutuhan Agama dan kesatuan ummat... !



Demikianlah kehidupan Ibnu Abbas, dipenuhi dunianya dengan ilmu dan hikmat, dan disebarkan di antara ummat buah nasehat dan ketaqwaannya. Dan pada usianya yang ketujuhpuluh satu tahun, ia terpanggil untuk menemui Tuhannya Yang Maha Agung � - � � Maka kota Thaif pun menyaksikan perarakan besar, di mana seorang Mu'min diiringkan menuju surganya. Dan tatkala tubuh kasamya mendapatkan tempat yang aman dalam kuburnya, angkasa bagai berguncang disebabkan gema janji Allah yang haq: "Wahai jiwa yang aman tenteram! Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dalam keadaan ridla dan diridlai. Maka masuklah ke dalam lingkungan hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga Ku.
Read Post | comments

Ubai bin Ka'ab

Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menanyainya: "Hai Abul Munzir! Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?" Orang itu menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu!" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengulangi pertanyaannya: "Abul Munzir! Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?" Maka jawabnya: "Allah tiada Tuhan melainkan la, Yang Maha Hidup lagi Maha Pengatur " (Q�S. 2 al-Baqarah:255) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-pun menepuk dadanya, dan dengan rasa bangga yang tercermin pada wajahnya, katanya: "Hai Abul Munzir! Selamat bagi anda atas ilmu yang anda capai!"



Abul Munzir yang mendapat ucapan selamat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang mulia atas ilmu dan pengertian yang dikaruniakan Allah kepadanya itu, tiada lain adalah Ubai bin Ka'ab, seorang shahabat yang mulia.. Ia adalah seorang warga Anshar dari suku Khazraj, dan ikut mengambil bagian dalam perjanjian 'Aqabah, perang Badar dan peperangan-peperangan penting lainnya. Ia mencapai kedudukan tinggi dan derajat mulia di kalangan Muslimin angkatan pertama, hingga Amirul Mu'minin Umar radhiyallahu 'anhu sendiri pernah mengatakan tentang dirinya: "Ubai adalah pemimpin Kaum Muslimin!"



Ubai bin Ka'ab merupakan salah seorang perintis dari penulis wahyu dan penulis surat. Begitupun dalam menghafal al-Qur"anul Karim, membaca dan memahami ayat-ayatnya, ia termasuk golongan terkemuka. Pada suatu hari Rasulullah SAW mengatakan kepadanya: "Hai Ubai bin Ka'ab! Saya dititahkan untuk menyampaikan al-Quran padamu". Ubai maklum bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya menerima perintah-perintah itu dari wahyu Maka dengan harap-harap cemas ia menanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Wahai Rasulullah, ibu-bapakku menjadi tebusan anda! Apakah kepada anda disebut namaku?" Ujar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Benar! Namamu dan turunanmu di tingkat tertinggi. !



Seorang Muslim yang mencapai kedudukan seperti ini di hati Nabi SAW pastilah ia seorang Muslim yang Agung. Selama tahun-tahun pershahabatan, yaitu ketika Ubai bin Ka'ab selalu berdekatan dengan Nabi SAW tak putus-putusnya ia mereguk dari telaganya yang dalam itu airnya yang manis. Dan setelah berpulangnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Ubai bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu menepati janjinya dengan tekun dan setia, baik dalam beribadat, dalam keteguhan beragama dan keluhuran budi.. Di samping itu tiada henti-hentinya ia menjadi pengawas bagi kaumnya. Diingatkannya mereka akan masa-masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup, diperingatkan keteguhan iman mereka, sifat zuhud, perangai dan budi pekerti mereka.



Di antara ucapannya yang mengagumkan yang selalu didengungkannya kepada shahabat-shahabatnya ialah: "Selagi kita bersama Rasulullah SAW tujuan kita satu. Tetapi setelah ditinggalkan beliau tujuan kita bermacam macam, ada yang ke kiri dan ada yang ke kanan! Ia selalu berpegang kepada taqwa dan menetapi zuhud terhadap dunia, hingga tak dapat terpengaruh dan terpedaya. Karena ia selalu menilik hakikat sesuatu pada akhir kesudahannya. Sebagaimana juga corak hidup manusia, betapapun ia berenang dengan lautan kesenangan dan kancah kemewahan, tetapi pasti ia menemui maut di mana segalanya akan berubah menjadi debu, sedang di hadapannya tiada yang terlihat kecuali hasil perbuatannya yang balk atau yang buruk..



Mengenai dunia, Ubai melukiskannya sebagai berikut: "Sesungguhnya makanan manusia itu sendiri, dapat diambil sebagai perumpamaan bagi dunia: biar dikatakannya enak atau tidak tetapi yang penting menjadi apa nantinya?" Bila Ubai berbicara di hadapan khalayak ramai, maka semua leher akan terulur dan telinga sama terpasang disebabkan sama terpukau dan terpikat, sebab apabila ia berbicara mengenai Agama Allah tiada seorang pun yang ditakutinya. Tatkala wilayah Islam telah meluas dan dilihatnya sebagian Kaum Muslimin mulai menyeleweng dengan menjilat pada pembesar mereka, ia tampil dan melepas kata-katanya yang tajam: "Celaka mereka, demi Tuhan! Mereka celaka dan mencelakakan ! Tetapi saya tidak menyesal melihat nasib mereka, Hanya saya sayangkan ialah Kaum Muslimin yang celaka disebabkan mereka. !"



Karena keshalehan dan ketaqwaannya, Ubai selalu menangis setiap teringat akan Allah dan hari yang akhir. Ayat-ayat al-Quranul Karim baik yang dibaca atau yang didengarnya semua menggetarkan hati dan seluruh persendiannya. Tetapi suatu ayat di antara ayat-ayat yang mulia itu, jika dibaca atau terdengar olehnya akan menyebabkannya diliputi oleh rasa duka yang tak dapat dilukiskan. Ayat itu ialah: " Katakanlah: la ( Allah ) Kuasa akan mengirim siksa pada kalian, baik dari atas atau dari bawah kaki kalian, atau membaurkan kalian dalan satu golongan berpecah-pecah, dan ditimpakan-Nya kepada kalian perbuatan kawannya sendiri " (Q�S. 6 al-An'am: 65)



Yang paling dicemaskan oleh Ubai terhadap ummat Islam ialah datangnya suatu generasi ummat bercakar-cakaran sesama mereka. Ia selalu memohon keselamatan kepada Allah.dan berkat karunia serta rahmat-Nya, hal itu diperolehnya dan ditemuinya Tuhannya dalam keadaan beriman, aman tenteram dan beroleh pahala.. Hadis riwayat Anas bin Malik ra. berkata: Pada masa Rasulullah saw. Al-Quran telah dikumpulkan oleh empat orang yang semuanya berasal dari kaum Ansar yaitu, Muaz bin Jabal ra., Ubai bin Kaab ra., Zaid bin Tsabit ra. dan Abu Zaid ra.. (Shahih Muslim No.4507)

Read Post | comments

Abdullah ibnu Rawahah

Waktu itu Rasulullah saw. sedang duduk di suatu tempat dataran tinggi kota Mekah, menghadapi para utusan yang datang dari kota Madinah, dengan bersembunyi-sembunyi dari kaum Quraisy. Mereka yang datang ini terdiri dari duabelas orang utusan suku atau kelompok yang kemudian dikenal dengan nama Kaum Anshar.(penolong Rasul). Mereka sedang dibai'at Rasul (diambil Janji sumpah setia) yang terkenal pula dengan nama Bai'ah Al-Aqabah al-Ula (Aqabah pertama). Merekalah pembawa dan penyi'ar IsIam pertama ke kota Madinah, dan bai'at merekalah yang membuka jalan bagi hijrah Nabi beserta pengikut beliau, yang pada gilirannya kemudian, membawa kemajuan pesat bagi Agama Allah yaitu Islam.. Maka salah seorang dari utusan yang dibai'at Nabi itu, adalah Abdullah binRawahah. Dan sewaktu pada tahun berikutnya, Rasulullah saw. membai'at. lagi tujuh puluh tiga orang Anshar dari penduduk Madinah pada bai'at 'Aqabah kedua, maka Ibnu Rawahah pun termasuk salah seorang utusan yang dibai'at itu.



Kemudian sesudah Rasullullah bersama shahabatnya hijrah ke Madinah dan menetap di sana, maka Abdullah bin Rawahah pulalah yang paling banyak usaha dan kegiatannya dalam membela Agama dan mengukuhkan sendi-sendinya. Ialah yang paling waspada mengawasi sepak terjang dan tipu muslihat Abdulla bin Ubay (pemimpin golongan munafik) yang oleh penduduk Madinah telah dipersiapkan untuk diangkat menjadi raja sebelum Islam hijrah ke sana, dan yang tak putus-putusnya berusaha menjatuhkan Islam dengan tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada. Berkat kesiagaan Abdullah bin Rawahah yang terus-menerus mengikuti gerak-gerik Abdullah bin Ubay dengan cermat, maka gagalah usahanya dan maksud jahatnya terhadap Islam dapat di patahkan.



Ibnu Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal di suatu lingkungan yang langka degan kepandaian tulis baca. Ia juga seorang penyair yang lancar, untaian syair-syairnya meluncur dari lidahnya dengan kuat dan indah didengar.. Semenjak ia memeluk Islam, dibaktikannya kemampuannya bersyair itu untuk mengabdi bagi kejayaan Islam Dan Rasullullah menyukai dan menikmati syair-syairnya dan sering beliau minta untuk lebih tekun lagi membuat syair. Pada suatu hari, beliau duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba datanglah Abdullah bin Rawahah, lalu Nabi bertanya kepadanya: "Apa yang anda lakukan jika anda hendak mengucapkan syair?" Jawab Abdullah: "Kurenungkan dulu, kemudian baru kuucapkan". Lalu teruslah ia mengucapkan syairnya tanpa bertangguh, demikian kira-kira artinya secara bebas:



"Wahai putera Hasyim yang baik, sungguh Allah telah melebihkanmu dari seluruh manusia.dan memberimu keutamaan, di mana orang tak usah iri. Dan sungguh aku menaruh firasat baik yang kuyakini terhadap dirimu. Suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka. Seandainya anda bertanya dan meminta pertolongan mereka dan memecahkan persoalan tiadalah mereka henhak menjawab atau membela Karena itu Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang anda bawa. Sebagaimana Ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa". Mendengar itu Rasul menjadi gembira dan ridla kepadanya, lalu sabdanya: "Dan engkau pun akan diteguhkan Allah".



Dan sewaktu Rasulullah sedang thawaf di Baitullah pada 'umrah qadla, Ibnu Rawahah berada di muka beliau sambil membaca syair dari rajaznya: "Oh Tuhan, kalauIah tidak karena Engkau, niscaya tidaklah ami akan mendapat petunjuk, tidak akan bersedeqah dan Shalat! Maka mohon diturunkan sakinah atas kami dan diteguhkan pendirian kami jika musuh datang menghadang. Sesuhgguhnya Qrang-orang yang telah aniaya terhadap kami, biIa mereka membuat fitnah akan kami tolak dan kami tentang". Orang-orang Islam pun sering mengulang-ulangi syair-syairnya yang indah. Penyair Rawahah yang produktif ini amat berduka sewaktu turun ayat al-Quranul Karim yang artinya : "Dan para penyair, banyak pengikut mereka orang-orang sesat". (Q.S. Asy-syu'ara: 224) Tetapi kedukaan hatinya jadi terlipur waktu turun pula ayat lainnya : Artinya : "Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman dan beramal shaleh dan banyak ingat kepada Allah, dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya". (Q.S. Asy-syu'ara : 227)



Dan sewaktu Islam terpaksa terjun ke medan perang karena membela diri, tampillah Abdullah ibnu Rawahah membawa pedangnya ke medan tempur Badar, Uhud, Khandak, Hudaibiah dan Khaibar, seraya menjadikan kalimat-kalimat syairnya dan qashidahnya menjadi slogan perjuangan: "Wahai diri! Seandainya engkau tidak tewas terbunuh, tetapi engkau pasti akan mati juga!" Ia juga menyorakkan teriakan perang: "Menyingkir kamu, hai anak-anak kafir dari jalannya. Menyingkir kamu setiap kebaikkan akan ditemui pada Rasulnya". Dan datanglah waktunya perang Muktah. Abdullah bin Rawahah adalah panglima yang ketiga dalam pasukan Islam. Ibnu Rawahah berdiri dalam keadaan siap bersama pasukkan Islam yang berangkat meninggalkan kota Madinah ia tegak sejenak lalu berkata, mengucapkan syairnya;



"Yang kupinta kepada Allah Yang Maha Rahman Keampunan dan kemenangan di medan perang Dan setiap ayunan pedangku memberi ketentuan Bertekuk lututnya angkatan perang syetan Akhirnya aku tersungkur memenuhi harapan.. Mati syahid di medan perang�!!" Benar, itulah cita-citanya kemenangan dan hilang terbilang, pukulan pedang atau tusukan tombak, yang akan membawanya ke alam syuhada yang berbahagia!! Balatentara Islam maju bergerak kemedan perang muktah. Sewaktu orang-orang Islam dari kejauhan telah dapat melihat musuh mereka, mereka memperkirakan besarnya balatentara Romawi sekitar duaratus ribu orang, karena menurut kenyataan barisan tentara mereka seakan tak ada ujung akhir dan seolah tidak terbilang banyaknya.!



Orang-orang Islam melihat jumlah mereka yang sedikit, lalu terdiam dan sebagian ada yang menyeletuk berkata: "Baiknya kita kirim utusan kepada Rasulullah, memberitakan jurnlah musuh yang besar. Mungkin kita dapat bantuan tambahan pasukan, atau jika diperintahkan tetap maju maka kita patuhi". Tetapi.Ibnu Rawahah,.bagaikan datangnya siang bangun berdiri di antara barisan pasukan-pasukannya lalu berucap: "Kawan-kawan sekalian! Demi Ailah, sesungguhnya kita berperang melawan musuh-musuh kita bukan berdasar bilangan, kekuatan atau banyaknya jumlah Kita tidak memerangi memerangi mereka, melainkan karena mempertahankan Agama kita ini, yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan Allah ! Ayohlah kita maju.! Salah satu dari dua kebaikan pasti kita capai, kemenagan atau syahid di jalan Allah !" Dengan bersorak Kaum Muslimin yang sedikit bilangannya tetapi besar imannya itu menyatakan setuju. Mereka berteriak: "Sungguh, demi Allah, benar yang dibilang Ibnu Rawahah !"



Demikianlah, pasukan terus ke tujuannya, dengan bilangan yang jauh lebih sedikit menghadapi musuh yang berjumlah 200.000 yang berhasil dihimpun orang Romawi untuk menghadapi suatu peperangan dahsyat yang belum ada taranya. Kedua pasukan, balatentara itu pun bertemu, lalu berkecamuklah pertempuran di antara keduanya. Pemimpin yang pertama Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid yang mulia, disusul oleh pemimpin yang kedua Ja'far bin Abi Thalib, hingga ia memperoleh syahidnya pula dengan penuh kesabaran, dan menyusl pula sesudah itu pemimpin yang ketiga ini, Abdullah bin Rawahah. Dikala itu ia memungut panji perang dari tangan kananya Ja'far, sementara peperangan sudah mencapai puncaknya. Hampir-hampirlah pasukan Islam yang kecil itu, tersapu musnah diantara pasukan-pasukan Romawi yang datang membajir laksana air bah, yang berhasil dihimpun oleh Heraklius untuk maksud ini.



Ketika ia bertempur sebagai seorang prajurit, ibnu Rawahah ini menerjang ke muka dan ke belakang, ke kiri dan ke kanan tanpa ragu-ragu dan perduli. Sekarang setelah menjadi panglima seluruh pasukan yang akan dimintai tanggung jawabnya atas hidup mati pasukannya, demi terlihat kehebatan tentara romawi seketika seolah terlintas rasa kecut dan ragu-ragu pada dirinya. Tetapi saat itu hanya sekejap, kemudian ia membangkitkan seluruh semangat dan kekutannya dan melenyapkan semua kekhawatiran dari dirinya, sambil berseru: "Aku telah bersumpah wahai diri, maju ke medan laga Tapi kenapa kulihat engkau menolak syurga. Wahai diri, bila kau tak tewas terbunuh, kau kan pasti mati Inilah kematian sejati yang sejak lama kau nanti. Tibalah waktunya apa yng engkau idam-idamkan selama ini Jika kau ikuti jejak keduanya, itulah ksatria sejati.!" (Maksudnya, kedua sahabatnya Zaid dan Ja'far yang gugur dahulu sebagai syuhada).



Jika kamu berbuat seperti keduanya, itulah ksatria sejati!" Ia pun maju menyerbu orang-orang Romawi dengan tabahnya Kalau tidaklah taqdir Allah yang menentukan, bahwa hari itu adalah saat janjinya akan ke syurga, niscaya ia akan terus menebas musuh dengan pedangnya, hingga dapat menewaskan sejumlah besar dari mereka. Tetapi waktu keberangkatan sudah tiba yang memberitahukan awal perjalananya pulang ke hadirat Allah, maka naiklah ia sebagai syahid.. Jasadnya jatuh terkapar tapi rohnya yang suci dan perwira naik menghadap Zat Yang Maha Tinggi, dan tercapailah puncak idamannya: "Hingga dikatakan, yaitu bila mereka meliwati mayatku: Wahai prajurit perang yang dipimpin Allah dan benar ia telah terpimpin!" "Benar engkau, ya Ibnu Rawahah! Anda adalah seorang prajurit yang telah dipimpin oleh Allah..!"



Selagi pertempuran sengit sedang berkecamuk di bumi Balqa' di Syam, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sedang duduk beserta para shahabat di Madinah sambil mempercakapkan mereka. Tiba-tiba percakapan yang berjalan dengan tenang tenteram, Nabi ter;liam, kedua matanya jadi basah berkaca-kaca. Beliau mengangkatkan wajahnya dengan mengedipkan kedua matanya, untuk melepas air mata yang jatu disebabkan rasa duka dan belas kasihan ... ! Seraya memandang berkeliling ke wajah para shahabatnya dengan pandangan haru, beliau berkata: "Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga ia gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih oleh Ja'far, dan ia bertempur pula bersamanya sampai syahid pula". Be!iau berdiam sebentar, lain diteruskannya ucapannya: "Kemudian panji itu dipegang oleh Abdulah bin Rawahah dan ia bertempur bersama panji itu, sampai akhirnya ia�pun syahid pula".



Kemudian Rasul diam lagi seketika, sementara mata beliau bercahaya, menyinarkan kegembiraan, ketentraman dan kerinduan, lalu katanya pula : "Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku ke syurga" Perjalanan manalagi yang lebih mulia. Kesepakatan mana lagi yang lebih berbahagia. Mereka maju ke medan laga bersama-sama. Dan mereka naik ke syurga bersama-sama pula . Dan penghormatan terbaik yang diberikan untuk mengenangkan jasa mereka yang abadi, ialah ucapan Rasullullah Shallallahu alaihi wa sallam yang berbunyi : "Mereka telah diangkatkan ke tempatku ke syurga�

Read Post | comments

Thufeil bin Amr Ad Dausi

Di bumi Daus dari keluarga yang mulia dan terhormat, muncullah tokoh kita ini. Ia dikaruniai bakat sebagai penyair, hingga nama dan kemahirannya termasyhur di kalangan suku-suku. Di musim ramainya pekan 'Ukadh tempat berkumpul dan berhimpunnya manusia, untuk mendengar dan menyaksikan penyair-penyair Arab yang datang berkunjung dari seluruh pelosok serta untuk membanggakan penyair masing-masing, maka Thufeil mengambil kedudukannya di barisan terkemuka. Walaupun bukan pada musim 'Ukadh ia sering pula pergi ke Mekah.. Pada suatu saat ia berkunjung ke kota suci itu Rasulullah telah mulai melahirkan da'wahnya. Orang-orang Quraisy takut kalau Thufeil menemuinya dan masuk Islam, menggunakan bakatnya itu membela Islam. Oleh sebab itu mereka melingkunginya selalu dan menyediakan segala kesenangan untuk melayani dan menerima kedatangannya sebagai tamu, lalu nakutinya agar tidak berjumpa dengan Rasulullah saw. katanya: "Muhammad memiliki ucapan laksana sihir, hingga dapat mencerai-beraikan anak dari bapak dan seseorang dari saudaranya serta seorang suami dari isterinya. Dan sesungguhnya kami ini cemas kepada dirimu dan kaummu dari kejahatannya, maka janganlah ia dibawa bicara, dan jangan dengarkan apa katanya.!"



Dan marilah kita dengarkan Thufeil menceritakan sendiri kisahnya katanya: "Demi Allah, mereka selalu membuntutiku, hingga aku hampir saja membatalkan maksudku untuk menemui dan mendengar ucapannya . Dan ketika aku pergi ke Kabah, kututup telingaku dengan kapas, agar bila ia berkata, aku tidak mendengar perkataaannya. Kiranya ia kudapati sedang shalat dekat Ka'bah, maka aku berdiri di dekatnya, takdir Allah menghendaki agar aku mendengarkan sebahagian apa yang dibacanya, dan terdengarlah olehku perkataan yang baik. Dan kataku kepada diriku: "Wahai malangnya ibuku kehilangan daku. Demi Allah, aku ini seorang yang pandai dan jadi penyair dan mampu membedakan yang baik dari yang buruk! Maka apa salahnya jika aku mendengarkan apa yang diucapkan oleh laki-laki itu? Jika yang dikemukakannya itu barang baik, dapatlah kuterima dan seandainya jelek, dapat pula kutinggalkan.



Kutunggu sampai ia hendak pulang ke rumahnya, lalu kuikuti dan kukatakan kepadanya "Wahai Muhammad! Kaummu telah menceritakan padaku bermacam, tentang dirimu! Dan demi Allah, mereka selalu menakutiku terhadap urusanmu, hingga kututupi telingaku dengan kapas agar tidak mendengar. perkataanmu Tetapi iradat Allah menghendaki agar aku mendengarnya dan terdengarlah olehku ucapan yang baik, maka kemukakanlah padaku apa yang meniadi urusanmu itu.!" Rasul pun mengemukakan padaku terperinci tentang Agama Islam dan dibacakannya al-Quran. Sungguh! Demi Allah, tak pernah kudengar satu ucapan pun yang lebih baik dari itu atau satu urusan yang lebih benar dari itu! Maka masuklah aku ke dalam Islam, dan kuucapkan syahadat yang haq, lalu kataku: "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku seorang yang ditaati oleh kaumku dan sekarang aku akan kembali kepada mereka, serta akan menyeru mereka kepada Islam. Maka do'akanlah aku kepada Allah agar aku diberi Nya suatu tanda yang akan menjadi pembantu bagiku menganai soal yang kuserukan kepada mereka itu. Maka sabda Rasulullah saw: �Ya Allah! Jadikanlah baginya suatu tanda!"



Dalam kitab suci-Nya Allah Ta'ala telah memuji''orang-orang yang mandengarkan perkataan, lalu mengikuti yang terbaik di antaranya". Demi telinganya mendengar sebagian ayat-ayat mengenai petunjuk dan kebaikan yang diturunkan Allah atas kalbu hamba-Nya, maka seluruh pendengaran dan hatinya terbuka lebar dan diulurkannya tangannya untuk bai'at kepada Rasulnya. Dan tidak hanya sampai di sana, tetapi dengan secepatnya dibebaninya dirinya dengan tanggung jawab menyeru kaum dan keluarga kepada Agama yang baik dan jalan yang Iurus oleh sebab itu, baru saja ia sampai di rumah dan kampung halamarnya Daus, dikemukakannyalah kepada bapaknya 'Aqidah dan keinginan yang terkandung dalam hatinya, dan diserunya ia kepada islam, yakni setelah menceritakan perihal Rasul yang menyebarkan Agama itu, tentang kebesaran, kesucian, amanah dan ketulusan serta ketaatannya kepada Allah Robbul 'alamin .



Dan pada waktu itu juga bapaknya masuk Islam, ibunya yang juga menganut Islam. Kemudian kepada istrinya yang mengambil tindakan yang serupa. Dan tatkala hatinya menjadi tenteram karena Islam telah meliputi rumahnya, ia pun berpindah tempat kepada kaum keluarga, bahkan kepada seluruh penduduk Daus. Tetapi tak seorangpun di antara mereka yang memenuhi seruannya memeluk Islam, kecuali Abu Hurairah r.a.. Kaumnya itu menghinakan dan memencilkannya, hingga akhirnya hilanglah kesababarannya terhadap mereka. Maka dinaikinya kendaraannya menempuh padang pasir dan.kembali kepada Rasullullah SAW mengadukan halnya dan membekali diri dengan ajaran ajarannya. Dan tatkala tibalah ia di Mekah, segeralah ia ke rumah Rasul, dibawa oleh hatinya yang rindu. Katanya kepada Nabi saw. 'Wahai Rasulullah! Saya kelabakan menghadapi riba dan perzinahan yang merajalela di desa Daus! Maka mohonkanlah kepada AUah agar ia menghancurkan Daus !"



Tetapi alangkah terpesonanya Thufeil ketika dilihatnya Rasulullah mengangkatkan kedua tangannya ke langit serta katanya: "Ya Allah, tunjukilah orang orang Daus, dan datangkanlah mereka ke sini dengan memeluk Islam" Lalu sambil berpaling kepada Thufeil, katanya:�Kembalilah kamu kepada kaummu, serulah mereka dan bersikap lunak-lembutlah kepada mereka" Peristiwa yang disaksikannya ini memenuhi jiwa Thufeil dengan keharuan dan mengisi ruhnya dengan kepuasan, lalu dipujinya Allah setinggi-tingginya, yang telah menjadikan Rasul insan pengasih sebagai guru dan pembimbingnya dan menjadikan Islam sebagai Agama dan tempat berlindungnya . Maka bangkitlah ia pergi kembali ke kampung halaman dan kaumnya. Dan di sana, ia terus mengajak mereka kepada Islam secara lunak lembut sebagai dipesankan oleh Rasulullah saw.



Dalam pada itu, selama tenggang: waktu yang dilaluinya di tengah kaumnya, Rasulullah telah hijrah ke Madinah, dan telah terjadi perang Badar, Uhud dan Khandak. Tiba-tiba ketika Rasulullah sedang berada di Khaibar, yakni setelah kota itu diserahkan Allah ke tangan Muslimin, satu rombongan besar yang terdiri dari delapan puluh keluarga Daus datang menghadap Rasulullah sambil membaca tahlil dan takbir. Mereka lalu duduk di hadapannya mengangkat bai'at bergantian. Dan tatkala selesailah upacara bai'at yang diberkahi itu, Thufeil pergi duduk seorang diri merenungkan kembali kenangan lamanya. Maka teringatlah ia saat kedatangannya kepada Rasullullah memohon agar mengucapkan do'a "Ya ,Allah, hancurkanlah orang-orang Daus", tetapi ternyata RasuluUah menyampaikan permohonan lain yang menggugah keharuannya dengan ucapan sebagai berikut: "Ya Allah, tunjukilah orang-orang Daus, dan bawalah mereka ke sini setelah menganut Islam'' Sungguh, Allah telah menunjuki orang-orang Daus dan Ia telah mendatangkan mereka sebagai Kaum Muslimin. Mereka terdiri dari 80 kepala keluarga beserta penghuni rumahnya dan meiupakan bagian terbesar dari penduduk, serta mengambil kedudukan mereka di barisan suci di belakang Rasulullah al-Amin



Thufeil melanjutkan amal usahanya bersama jama'ah yang telah beriman itu. Tatkala tibalah saat pembebasan Mekah ia ikut rombongan yang memasukinya, yang jumlahnya sepuluh ribu orang, yang sekali-kali tidak merasa besar kepala, hanya sama-sama menundukkan kening karena hormat dan ta'dim mensyukuri ni'mat Allah yang telah membalas usaha mereka dengan kemenangan nyata dan pembebasan Mekah. Thufeil melihat Rasulullah menghancurkan berhala di Ka'bah dan membersihkan dengan tangannya najis yang telah lama berkarat. Putera Daus itu teringat akan sebuah berhala milik Amr bin Himamah yang sering dibawanya sewaktu ia menginap di rumahnya sebagai tamu hingga ia berlutut dan merendahkan diri memohon kepadanya! Datanglah sudah saatnya bagi Thufeil sekarang ini untuk melebur dosanya di hari itu. Ketika itu pergilah ia kepada Rasulullah saw. meminta izin untuk pergi mambakar berhala milik Amr bin Humamah tadi yang biasa disebut 'Dzal kaffain' atau "si Telapak tangan dua". Rasulullah memberinya izin, maka pergilah ia ke tempat berhala itu lain membakamya dengan api yang menyala, setiap api itu surut dinyalakannya kembali dan sementara itu mulutnya asyik berpantun: "Hai Dzal kaffain, aku ini bukan hambamu, Kami tebih dulu lahir daripadamu ! Nah, terimalah api ini untuk pengisi perutmu!"



Demikianlah Thufeil melanjutkan hidupnya bersama Nabi, sahalat di belakangnya dan belajar kepadanya serta berperang dalam rombongannya Dan ketika Rasulullab naik ke Rafiqul A'la Thufeil berpendapat bahwa dengan wafatnya Rasulullah itu, tanggung jawabnya sebagai seorang Muslim belumlah berhenti, bahkan boleh dikata baru saja mulai! Ketika pertempuran melawan orang murtad berkobar, Thufeil menyingsingkan lengan bajunya, lain terjun mengidami pahit getirnya dengan semangat dan kegairahan dari seoang yang rindu menemui syahid. Ia ikut dalam perang riddah itu, pertempuran demi pertempuran. Pada pertempuran Yamamah, ia berangkat bersama kaum Muslimin dengan membawa puteranya.Amr bin Thuieil. Baru saja perang mulai telah dipesankan kepada puteranya itu agar berperang mati-matian menghadapi tentara Musailamah pembohong itu, bahkan walau akan mati syahid sekalipun!



Dibisikkannya pula kepada puteranya itu bahwa menurut firasatnya dalam pertenmpuran kali ini ia akan menemui ajalnya. Setelah itu disiapkannya pedangnya dan diterjuninya pertempuran dengan semangat berani mati. Bukan hanya membela nyawanya dengan mata pedangnya tetapi pedangnya pun dibelanya dengan nyawanya Hingga ketika ia wafat dan tubuhnya rubuh, pedangya masih teracung dan siap sedia untuk ditebaskan oleh tangannya. Maka dalam pertempuran itu tewaslah Thufeil ad-Dausi ra. memenuhi syahidnya, sementara sinar matanya seakan hendak memberi isyarat kepada puteranya yang tak kunjung dilihatnya dekat arena. Yah, isyarat agar ia waspada dan tidak menyusul dan mengikuti langkahnya. Tetapi rupanya puteranya tak hendak ketinggalan menyusul ayahnya, meski tidak pada waktu itu tapi beberapa lama setelahnya. Di pertempuran Yarmuk di Syria, ketika Amr bin Thufeil turut sebagai pejuang, di sanalah ia menemui yang dicitanya! Sementara ia hendak menghembuskan nafas penghabisan, diulurkannya tangannya yang kanan seakan hendak menyambut tangan seseorang. Yah, siapa tahu, mungkin waktu itu tangannya hendak disambut ruh bapaknya..

Read Post | comments

Utsman bin Mazh

Seandainya hendak bermaksud menyusun daftar nama shahabat Rasulullah saw menurut urutan masa masuknya ke dalam Agama Islam, maka pada urutan keempat belas tentulah anda akan tempatkan Utsman bin Mazh'un .Ia seorang Muhajirin yang mula pertama wafat di Madinah, sebagaimana ia adalah pula orang Islam pertama yang dimakamkan di Baqi' Dan diketahui bahwa shahabat mulia ini, adalah seorang suci yang agung tapi bukan dari kalangan yang suka memencilkan diri Tatkala Agama Islam cahayanya mulai menyinar dari kalbu Rasulullah saw dan dari ucapan yang disampaikannya di beberapa majlis, baik secara diam-diam maupun terang-terangan, maka Utsman bin Mazh'un adalah salah seorang dari beberapa gelintir manusia yang segera menerima panggilan Ilahi dan menggabungkan diri ke dalam kelompok pengikut Rasulullah. Dan ia ditempa oleh berbagai derita sebagaimana dialami oleh orang Mu'min dari golongan berhati tabah.



Ketika Rasulullah saw mengutamakan keselamatan golongan kecil teraniaya ini, dengan jalan menyuruh mereka berhijrah ke Habsyi, maka Utsman bin Mazh'un terpilih sebagai pemimpin rombongan pertama dari muhajirin ini. Dengan membawa puteranya yang bernama Saib, dihadapkannya muka dan dilangkahkannya kaki ke suatu negeri yang jauh, menghindar dari tiap daya musuh Allah Abu Jahal dan kebuasan orang Quraisy. Dan sebagaimana muhajirin ke Habsyi lainnya, maka tekad dan kemauan Utsman untuk berpegang teguh pada Agama Islam kian bertambah besar. Demikianlah Kaum Muhajirin tinggal di Habsyi dalam keadaan aman dan tenteram, termasuk di antaranya Utsman bin Mazh'un yang tidak dapat melupakan rencana jahat saudara sepupunya Umayah bin Khalaf. Maka dihiburlah dirinya dengan menggubah sya'ir yang berisikan sindiran dan peringatan terhadap saudaranya itu, katanya: "Kamu melengkapi panah dengan bulu-bulunya. Kamu runcing ia setajam-tajamnya. Kamu perangi orang-orang yang suci lagi mulia. Kamu celahan orang-orang yang berwibawa. Ingatlah nanti saat bahaya datang menimpa. Perbuatanmu akan mendapat balasan dari rakyat jelata'



Sebenarya orang-orang yang mencari perlindungan itu tidaklah sama kemampuan mereka untuk mendapatkannya. Itulah sebabnya hanya sebagian kecil saja yang berhasil, termasuk di antaranya Utsman bin Mazh'un yang berada dalam perlindungan Walid bin Mughirah. Ia masuk kembali ke dalam kota Mekah dalam keadaan aman dan tenteram, menghadiri tempat-tempat pertemuan tanpa khawatir akan kedhaliman dan marabahaya Tetapi Ibnu Mazh'un, laki-laki yang ditempa al-Quran dan dididik oleh Muhammad saw. ini memperhatikan keadaan sekelilingya. Dilihatnya saudara-saudara sesama Muslimin, yakni golongan faqir miskin dan orang-orang yang tidak berdaya, tiada mendapatkan perlindungan dan tidak mendapatkan orang yang sedia melindungi mereka. Dilihatnya mereka diterkam bahaya dari segala jurusan dan dikejar kedhaliman. Sementara ia aman tenteram, terhindar dari gangguan bangsanya. Maka ruhnya yang biasa bebas itu berontak dan perasaannya yang bergejolak dan menyesal atas tindakan yang telah diambilnya.



Utsman keluar rumah dengan niat yang bulat hendak menanggalkan perlindungan yang dipikul Walid. Selama itu perlindungan tersebut telah menjadi penghalang baginya untuk dapat menikmati derita dijalan Allah dan kehormatan senasib bersama saudaranya Kaum Muslimin. Katanya "Ketika Utsman bin Mazh'un menyaksikan penderitaan yang dialami oleh para sahabat Rasulullah SAW, sementara ia pulang pergi dengan aman disebabkan perlindungan Walid bin Mughirah, katanya: 'Demi Allah, sesungguhnya mondar-mandirku dalam keadaan aman disebabkan perlindungan seorang tokoh golongan musyrik, sedang teman sejawat dan kawan seagama menderita adzab dan siksa yang tidak kualami, merupakan suatu kerugian besar bagiku! Lalu ia pergi mendapatkan Walid bin Mughirah, katanya: "Wahai Abu Abdi Syams, cukuplah sudah perlindungan anda" "Kenapa wahai keponakanku?" ujar Walid, mungkin ada salah seorang anak buahku yang menggangumu?" 'Tidak", ujar Utsman, "hanya saya ingin berlindung kepada Allah dan tak suka lagi kepada lain-Nya.!" Karenanya pergilah anda ke mesjid serta umumkanlah maksud ku ini terbuka seperti anda dulu mengumumkan perlindungan terhadap diriku!"



Lalu pergilah mereka berdua ke mesjid, maka kata Walid: "Utsman ini datang untuk mengembalikan kepadaku jaminan perlindungan terhadap dirinya". Ulas Utsman: "Begitulah kiranya apa yang dikatakan itu, ternyata ia seorang yang memegang teguh janjinya, hanya keinginan saya agar tidak lagi mencari perlindungan kecuali kepada Allah Ta'ala" Setelah itu Utsman pun berlalu, sedang di salah satu gedung pertemuan kaum Quraisy, Lubaid bin Rabi'ah menggubah sebuah sya'ir dan melagukannya di hadapan mereka, hingga Utsman jadi tertarik karenanya dan ikut duduk bersama mereka. Kata Lubaid: "Ingatlah bahwa apa juga yang terdapat di bawah kolong ini selain daripada Allah adalah hampa!" "Benar ucapan anda itu", kata Utsman menanggapinya. Kata Lubaid lagi: "Dan semua kesenangan, tak dapat tiada lenyap dan sirna!" "Itu dusta!", kata Utsman, "karena kesenangan surga takkan lenyap". Kata Lubaid: "Hai orang-orang Quraisy! Demi Allah, tak pernah aku sebagai teman duduk kalian disakiti orang selama ini. Bagai mana sikap kalian kalau ini terjadi?" Maka berkatalah salah seorang di antara mereka: "Si toloI ini telah meninggalkan agama kita! Jadi tak usah digubris ucapannya!"



Utsman membalas ucapannya itu hingga tejadi pertengkaran. Orang itu tiba-tiba bangkit mendekati Utsman lalu meninjunya hingga tepat mengenai matanya, sementara Walid bin Mughirah masih berada di dekat itu dan menyaksikan apa yang terjadi. Maka katanya kepada Utsman: "Wahai keponakanku, jika matamu kebal terhadap bahaya yang menimpa, maka sungguh, benteng perlindunganmu amat tangguh!' Ujar Utsman: "Tidak, bahkan mataku yang sehat ini amat membutuhkan pula pukulan yang telah dialami saudaranya di jalan Allah.! Dan sungguh wahai Abu Abdi Syamas, saya berada dalam perlindungan Allah yang lebih kuat dan lebih mampu daripadamu!" "Ayolah Utsman", kata Walid pula, "jika kamu ingin, kembalilah masuk ke dalam perlindunganku!" "Terima kasih.!" ujar Ibnu Mazh'un menolak tawaran itu. Ibnu Mazh'un meninggalkan tempat itu, tempat terjadinya peristiwa tersebut dengan mata yang kesakitan, tetapi jiwanya yang besar memancarkan keteguhan hati dan kesejahteraan serta penuh harapan.



Di tengah jalan menuju rumahnya dengan gembira ia mendendangkan pantun ini: "Andaikata dalam mencapai ridla Ilahi Mata ku ditinju tangan jahil orang mulhidi, Maka Yang Maha Rahman telah menyediakan imbalannya. Karena siapa yang diridlai-Nya pasti berbahagia. Hai ummat, walau menurut kata mu daku ini sesat. Daku 'kan tetap dalam Agama Rasul, Muhammad. Dan tujuanku tiada lain hanyalah Allah dan Agama yang haq. Walaupun lawan berbuat aniaya dan semena-mena". Demikian Utsman bin Mazh'un memberikan contoh dan teladan utama yang memang layak dan sewajamya. Dan demikianlah pula lembaran kehidupan ini menyaksikan suatu pribadi utama yang telah menyemarakkan wujud ini dengan harum semerbak disebabkan pendiriannya yang luar biasa dan kata-katanya yang abadi dan mempesona: "Demi Allah, sesungguhnya sebelah mataku yang sehat ini amat membutuhkan pukulan yang telah dialami saudaranya di jalan Allah.! Dan sungguh, saat ini saya berada dalam perlindungan Allah yang lebih kuat dan lebih mampu daripadamu"



Setelah dikembalikannya perlindungan kepada Walid, maka Utsman menemui siksaan dari orang-orang Quraisy. Tetapi dengan itu ia tidak merana, sebaliknya bahagia! Siksaan itu tak ubahnya bagai api yang menyebabkan keimanannya menjadi matang dan bertambah murni. Demikianlah, ia maju ke depan bersama saudara yang beriman, tidak gentar oleh ancaman, dan tidak mundur oleh bahaya Utsman melakukan hijrah pula ke Madinah, hingga tidak diusik lagi oleh Abu Lahab, Umayah,'Utbah atau oleh gembong-gembong lainnya yang telah sekian lama menyebabkan mereka tak dapat menidurkan mata di malam hari, dan bergerak bebas di siang hari. Ia berangkat ke Madinah bersama rombongan shahabat-shahabat utama yang dengan keteguhan dan ketabahan hati mereka telah lulus dalam ujian yang telah mencapai puncak kesulitan dan kesukarannya, dan dari pintu gerbang yang luas dari kota itu nanti mereka akan melanjutkan pengembaraan ke seluruh pelosok bumi, membawa dan mengibarkan panji-panji Ilahi, serta menyampaikan berita gembira dengan kalimat-kalimat dan ayat-ayat petunjuk-Nya.



Dan di kota hijrah Madinah al-Munawwarah itu tersingkaplah kepribadian sebenamya dari Utsman bin Mazh'un, ternyatalah kebesaran jiwanya yang istimewa. Kiranya ia seorang ahli ibadah, seorang zahid, yang mengkhususkan diri dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Ilahi. Dan ternyata bahwa ia adalah orang suci dan mulia lagi bijaksana, yang tidak mengurung diri untuk tidak menjauhi kehidupan duniawi, tetapi orang suci luar biasa yang mengisi kehidupannya dengan amal dan karya serta jihad dan berjuang di jalan Allah. Dan jika para shahabat Rasulullah saw. apalagi di kala itu, semua berjiwa zuhud dan gemar beribadat. Dalam zuhud dan ibadatnya ia amat tekun dan mencapai puncak tertinggi, hingga corak kehidupannya, baik siang maupun malam dialihkannya menjadi shalat yang terus-menerus dan tasbih yang tiada henti-hentinya. Rupanya ia setelah merasakan manisnya keasyikan beribadat itu, ia pun bermaksud hendak memutuskan hubungan dengan segala kesenangan dunia. Ia tak hendak memakai pakaian kecuali yang kasar dan tak hendak makan makanan selain yang amat bersahaja.



Pada suatu hari ia masuk masjid, dengan pakaian usang yang ditambalnya dengan kulit unta, sementara Rasulullah sedang duduk bersama para shahabatnya. Hati Rasulullah pun bagaikan disayat melihat itu, begitu juga para shahabat, air mata mereka mengalir karenanya. Maka tanya Rasulullah saw. kepada mereka: "Bagaimana pendapat kalian, bila kalian punya pakaian satu stel untuk pakaian pagi dan sore hari diganti dengan stelan lainnya. kemudian disiapkan di depan kalian suatu perangkat wadah makanan sebagai ganti perangkat lainnya yang telah diangkat. serta kalian dapat menutupi rumah-rumah kediaman kalian sebagaimana Ka 'bah bertutup" "Kami ingin hal itu dapat terjadi, wahai Rasulullah', ujar mereka, "hingga Kita dapat mengalami hidup ma'mur dan bahagia!" Maka sabda Rasulullah saw, pula: "Sesungguhnya hal itu telah terjadi ! Keadaan kalian sekarang ini lebih baik dari keadaan kalian waktu lalu" Tetapi Ibnu Mazh'un yang turut mendengar percakapan itu bertambah tekun menjalani kehidupan yang bersahaja dan menghindari jauh kesenangan dunia.



Ibnu Maz�h'un amat disayangi oleh Rasu!uilah saw. Dan tatkala ruhnya yang suci itu berkemas-kemas hendak berangkat, hingga dengan demikian ia merupakan orang muhajirin pertama yang wafat di Madinah, dan yang mula-mula merintis jalan menuju surga, maka Rasulullah saw berada di sisinya. Rasulullah saw. membungkuk menciumi kening Ibnu Mazh'un serta membasahi kedua pipinya dengan air yang berderai dari kedua mata beliau yang diliputi santun dan duka cita hingga di saat kematiannya. Wajah Utsman tampak bersinar gilang-gemilang. Dan bersabdalah Rasulullah saw. melepas shahabatnya yang tercinta itu: "Semoga Allah memberimu rahmat, wahai Abu Saib. Kamu pergi meninggalkan dunia, tak satu keuntunganpun yang kamu peroleh daripadanya, serta tak satu kerugian pun yang dideritanya daripadamu." Dan sepeninggal shahabatnya, Rasulullah yang amat penyantun itu tidak pernah melupakannya, selalu ingat dan memujinya. Bahkan untuk melepas puteri beliau Rukayah, Yakni ketika nyawanya hendak melayang, adalah kata-kata berikut: "Pergilah susul pendahulu hita yang pilihan. Utsman bin Mazh'un"



Read Post | comments
 
© Copyright Tokoh Ternama All Rights Reserved.